KOMPAS.com - Kanker paru menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia, bukan saja karena masih jadi penyakit kanker penyebab kematian terbesar, tapi juga pengidap penyakitnya semakin muda. Sayangnya, sebagian besar terdeteksi di stadium lanjut.
Kanker paru merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker pada laki-laki. Sementara pada perempuan, penyakit ini menempati posisi ke-6.
"Di Indonesia, kanker paru pada perempuan ditemukan rata-rata pada usia 58 tahun, sedangkan di luar negeri sekitar 68 tahun. Itu berarti 10 tahun lebih muda," kata dr. Sita Laksmi Andarini Ph.D, Sp.P(K) dalam acara Siloam Oncology Summit ke-5 di Jakarta (18/5).
Deteksi dini atau screening kanker paru sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa screening bisa dilakukan sebelum muncul gejala apa pun seperti batuk atau sesak napas.
Baca juga: Kanker Paru Tak Bergejala, Penting Lakukan Deteksi Dini
Kelompok yang masuk dalam kategori beresiko tinggi kanker paru adalah orang berusia di atas 45 tahun yang punya riwayat merokok aktif atau pasif, pernah bekerja di lingkungan dengan paparan bahan kimia, punya riwayat fibrosis paru atau tuberkulosis, serta ada riwayat keluarga dengan kanker.
"Walaupun kanker paru bukan penyakit keturunan, tapi kerentanan atau risiko bisa lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker," ujar dr.Sita.
Ditambahkan oleh dr Linda Masniari Sp.P(K), skrining untuk deteksi kanker paru perlu dilakukan untuk orang-orang yang memiliki high risk atau risiko kanker paru.
“Ketika orang yang mengalami batuk-batuk tidak kunjung sembuh antara dua minggu hingga satu bulan, usia di atas 45 tahun, kepala pusing, berat badan berkurang, dan memiliki kebiasaan merokok, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” jelas dr. Linda.
Baca juga: 12 Tanda Kanker Paru-Paru yang Harus Diwaspadai sejak Stadium Awal
Ditambahkan dr. Linda, pemeriksaan dengan foto thoraks hanya bisa terlihat jika nodul atau benjolan berukuran kurang lebih 3 cm. Oleh karena itu sekarang dianjurkan untuk skrining dengan metode Low dose CT (LDCT) Scan yang bisa menemukan nodul yang berukuran lebih kecil, sehingga penanganan pasien kanker bisa dilakukan lebih dini.
Pemeriksaan tersebut aman karena menggunakan radiasi dosis rendah dan bisa dilakukan di rumah sakit tipe C ke atas.
Melalui pemeriksaan ini, nodul atau benjolan yang abnormal bisa dideteksi secara jelas hingga bisa dilakukan penanganan lebih awal. LDCT bisa menurunkan angka tingkat kematian hingga 24 persen.
Meskipun seringkali tidak bergejala, patut diwaspadai ketika mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh.
“Tanda kanker paru pada stadium awal mirip dengan TB paru. Setelah penanganan TB paru selama enam bulan tidak kunjung sembuh, harus dilakukan pemeriksaan lanjutan. Misalnya, pasien melakukan Ctscan dan biopsi, untuk didiagnosa penyakitnya," kata dr.Linda.
Baca juga: Tak Hanya Paru-paru, Dokter Ungkap Tuberkulosis Menyerang 7 Organ Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.