Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian

Kompas.com - 22/05/2025, 15:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com – Membatasi waktu makan hanya selama delapan jam per hari selama tiga bulan terbukti mampu membantu penurunan berat badan yang bertahan hingga satu tahun, menurut hasil penelitian awal yang dipresentasikan dalam Kongres Obesitas Eropa (European Congress on Obesity/ECO) 2024 di Malaga, Spanyol.

Metode ini dikenal sebagai time-restricted eating (TRE), yakni salah satu bentuk puasa intermiten yang semakin populer karena dinilai lebih mudah dijalani dibandingkan diet rendah kalori ketat.

"Pembatasan jendela makan selama delapan jam, kapan pun dilakukan, terbukti efektif menurunkan berat badan secara signifikan dan efeknya bisa bertahan hingga satu tahun,” ujar Dr. Alba Camacho-Cardenosa dari Instituto de Investigación Biosanitaria de Granada (ibs.GRANADA), peneliti utama studi ini, dikutip dari EurekAlert!.

Baca juga: Cegah Obesitas Anak, Dokter Sarankan Konsumsi Protein Hewani

Efektif meski dilakukan pagi atau sore

Penelitian ini melibatkan 99 orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas di Granada, Spanyol.

Rata-rata usia peserta 49 tahun dengan indeks massa tubuh (BMI) sekitar 32 kg/m². Mereka dibagi dalam empat kelompok selama 12 minggu, yakni:

  • Kelompok kontrol yang tetap makan seperti biasa (lebih dari 12 jam sehari),
  • TRE pagi (jendela makan 8 jam dimulai sebelum pukul 10.00),
  • TRE sore (dimulai setelah pukul 13.00),
  • dan kelompok yang bebas memilih sendiri waktu jendela makannya.

Semua peserta juga mendapat edukasi pola makan Mediterania yang dikenal menyehatkan jantung.

Hasilnya, kelompok TRE mengalami penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata penurunan berat badan dalam 12 minggu adalah:

  • TRE pagi: turun 4,2 kg (−4,5%),
  • TRE sore: turun 3,1 kg (−3,5%),
  • TRE pilihan bebas: turun 3,8 kg (−3,9%),
  • Kelompok kontrol: hanya turun 1,4 kg (−1,5%).

Baca juga: 8 Akibat Kelebihan Protein, Ada Obesitas dan Dehidrasi

Berat badan tetap turun hingga setahun kemudian

Menariknya, setelah satu tahun, kelompok TRE tetap menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menjaga berat badan, meskipun tidak lagi menjalani intervensi. Kelompok kontrol justru mengalami kenaikan berat badan sekitar 0,4 kg (+0,5%).

Sementara itu:

  • TRE pagi mempertahankan penurunan −2,2 kg (−2,1%),
  • TRE sore −2,0 kg (−2,0%),
  • dan TRE pilihan bebas −0,7 kg (−0,7%).

Lingkar pinggang dan pinggul juga tetap lebih kecil pada kelompok TRE dibandingkan kelompok kontrol.

Efek ini terjadi tanpa perbedaan signifikan antara waktu jendela makan, menandakan bahwa konsistensi menjalani puasa 16 jam lebih penting daripada memilih pagi atau sore sebagai waktu makan.

Baca juga: 12 Efek Bergadang bagi Wanita, Ada Diabetes dan Obesitas

Disukai peserta dan minim efek samping

Studi ini juga menunjukkan bahwa TRE cukup mudah diterapkan.

Tingkat kepatuhan peserta terhadap program mencapai 85–88 persen, dan tidak ada kejadian efek samping serius selama intervensi berlangsung. Hanya lima orang yang mengalami keluhan ringan hingga memutuskan untuk berhenti.

“Intervensi gaya hidup ini terbilang sederhana, tidak serumit menghitung kalori setiap hari, dan cukup menjanjikan untuk dipertimbangkan sebagai strategi jangka panjang penurunan berat badan,” ujar Dr. Jonatan R Ruiz, koordinator studi dari University of Granada.

Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa hasil ini masih bersifat awal dan perlu dibuktikan kembali lewat studi yang lebih besar dan berdurasi lebih panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Health
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Health
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Health
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Health
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Health
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Health
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Health
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Health
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Health
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Health
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Health
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Health
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Health
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau