KOMPAS.com - Stent jantung atau ring jantung, telah menjadi solusi utama dalam mengatasi aterosklerosis yaitu penyempitan pembuluh darah koroner akibat penumpukan plak.
Namun, tantangan seperti restenosis (penyempitan ulang) dan keterbatasan fleksibilitas stent konvensional mendorong inovasi baru, salah satunya adalah bioadaptor dengan desain lentur.
Teknologi ini dinilai mampu mendekati cara kerja pembuluh darah alami, memberikan harapan baru bagi pasien PJK untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih efektif dan tahan lama.
Stent jantung pada umumnya terbuat dari logam polos atau logam berlapis obat, yang berfungsi sebagai penyangga permanen di dalam arteri.
Meskipun efektif dalam membuka pembuluh darah yang tersumbat, stent ini bersifat "mengurung" arteri, membatasi gerakan alami seperti rotasi dan pulsasi. Hal ini dapat menghambat remodeling positif pembuluh darah dan meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang, termasuk restenosis dan trombosis.
Baca juga: Penyebab Aterosklerosis yang Bisa Pengaruhi Jantung dan Otak
Bioadaptor, seperti DynamX Bioadaptor dari Elixir Medical, dirancang untuk mengatasi keterbatasan stent konvensional.
Perangkat ini memiliki struktur logam fleksibel yang awalnya diperkuat oleh lapisan polimer bioresorbable. Setelah sekitar 6 bulan, lapisan ini larut, memungkinkan struktur logam untuk "membuka" dan mengikuti gerakan alami arteri.
Salah satu rumah sakit yang telah mengadopsi teknologi ini adalah RS Medistra Jakarta.
Prof. Teguh Santoso, SpJP(K), dokter spesialis jantung intervensi di rumah sakit tersebut, telah menggunakan Bioadaptor dalam sejumlah tindakan angioplasti koroner.
“Berbeda dengan stent konvensional, Bioadaptor dirancang agar dapat mengikuti pergerakan alami pembuluh darah. Ia menopang saat dibutuhkan, lalu memberikan ruang bagi pembuluh darah untuk kembali bergerak secara fisiologis,” jelas Prof. Teguh dalam wawancara bersama media beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kapan Sebaiknya Pemasangan Ring Jantung Dilakukan?
Karena materialnya yang lentur dan adaptif, pemakaian ring jantung ini bisa mencegah risiko penyempitan kembali pembuluh darah.
"Dengan stent konvensional risiko kekambuhan atau penyempitan kembali sekitar 2-4 persen per tahun, tapai kalau dikalkulasikan dalam beberapa tahun angka itu makin banyak. Apalagi kalau pasien punya komorbid, tentu akan tidak nyaman sekali kalau kambuh," papar Prof.Teguh.
Risiko penyempitan kembali
Risiko penyempitan kembali bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari faktor pemasangan stent yang kurang presisi atau malposisi, serta penyakit kronis yang diidap oleh pasien.
Pasien dengan penyakit kolesterol, hipertensi, dan juga diabetes melitus, merupakan yang paling beresiko mengalami penyempitan. Faktor gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan kegemukan juga bisa memperburuk.
Meski harganya lebih tinggi dibanding stent konvensional, penggunaan Bioadaptor dinilai
lebih efisien dalam jangka panjang. Pasien dapat menghindari prosedur ulang dan
komplikasi kronis.
Baca juga: Kenali Risiko Penyakit Jantung pada Anak Muda, Ini Kata Dokter...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.