KOMPAS.com - Banyak orang merasa merinding atau gelisah saat berdiri di tepi tebing yang tinggi, dan banyak pula yang pucat ketakutan saat melihat ular boa. Namun, bagi sebagian orang, ketakutan mereka terhadap situasi tertentu bisa tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sebenarnya.
Dalam kasus seperti ini, mereka mungkin didiagnosis mengalami fobia spesifik. Fobia spesifik adalah ketakutan atau kecemasan yang ekstrem terhadap objek atau situasi tertentu.
Dalam percakapan sehari-hari, orang sering mengatakan bahwa mereka "punya fobia" terhadap sesuatu yang membuat mereka takut atau waspada, tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan fobia spesifik dalam psikologi?
Untuk dikategorikan sebagai fobia spesifik, rasa takut tersebut harus persisten, muncul setiap kali objek atau situasi itu dihadapi, dan harus mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, misalnya memengaruhi hobi, hubungan sosial, atau pekerjaan mereka.
Baca juga: Kecemasan dan Ketakutan pada Anak Bisa Berkembang Jadi Fobia
Menurut psikolog klinis dari Universitas Boston, Ellen Hendriksen, rasa takut itu harus melewati batas yang disebut 'distres' atau 'gangguan'.
"Distres berarti membuat Anda takut, dan gangguan berarti membuat Anda tidak dapat menjalani kehidupan yang Anda inginkan," kata Hendriksen kepada Live Science.
Psikolog klinis Martin Antony yang melakukan penelitian tentang kecemasan, membagi fobia spesifik dalam lima kategori:
1. Hewan
Semua hewan termasuk dalam kategori ini. Ular dan laba-laba adalah pemicu umum, dengan penelitian di berbagai negara menemukan bahwa fobia laba-laba memengaruhi antara 2,7-9,5 persen dari populasi.
2. Lingkungan alam
Takut ketinggian, takut air yang dalam, atau takut badai, adalah contoh dari fobia yang dipicu oleh fenomena alam.
Baca juga: 10 Fobia Paling Umum yang Membuat Orang Ketakutan
3. Darah, suntikan, luka
Fobia ini terjadi pada seseorang yang takut pada jarum suntik, tindakan operasi, darah, atau rangsangan sejenis.
4. Situasi tertentu
Fobia situasi melibatkan rasa takut berada pada situasi tertentu atau lingkungan. Misalnya saja takut menyetir kendaraan, terbang, atau berada di lift.
5. Lainnya
Kategori terakhir ini meliputi semua fobia yang tidak termasuk dalam empat kategori lainnya, misalnya saja takut pada badut atau kostum lainnya.
Terkadang, fobia spesifik berkembang setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis.
"Bisa juga timbul setelah mereka mengalami serangan panik yang kemudian dikaitkan dengan lingkungan dan menyebabkan ketakutan yang semakin kuat terhadap skenario tersebut, kata Sandra Capaldi, seorang psikolog klinis di University of Pennsylvania Perelman School of Medicine.
Baca juga: Memahami Perbedaan antara Cemas dan Gangguan Kecemasan
Dia mencontohkan seseorang yang mengalami serangan panik saat sedang mengemudi mungkin akan jadi fobia untuk kembali mengemudi karena takut mereka akan mengalami serangan lagi dan berakibat kecelakaan.
Walau begitu, terkadang fobio terbentuk tanpa adanya pemicu tertentu. Dalam banyak kasus, fobia ini terkait dengan sesuatu yang memang berbahaya, misalnya jatuh dari ketinggian, tetapi rasa takut itu melebihi bahaya sebenarnya.
Antony mengatakan, orang yang punya satu jenis gangguan kecemasan biasanya juga akan mengalami kecemasan lainnya. Ia mencontohkan salah satu pasiennya yang punya kecemasan sosial sangat takut menyetir mobil.
Setelah dianalisis ternyata menurut Antony pasien tersebut bukan takut terjadi tabrakan mobil, tapi takut caranya menyetir akan dinilai oleh pengemudi lain di jalan.
Baca juga: Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Cemas Berlebihan?
Fobia bisa diatasi
Untungnya, fobia telah diteliti dengan baik dan memiliki terapi yang sangat efektif. Standar emasnya adalah terapi pemaparan, di mana pasien secara bertahap menghadapi ketakutan mereka dalam cara dan lingkungan yang terkendali.
Seseorang yang memiliki fobia terhadap ular mungkin akan diminta untuk melihat garis berkelok-kelok pada selembar kertas, kemudian gambar kartun ular, kemudian foto ular dan, akhirnya, ular sungguhan.
"Kami ingin mendorong klien keluar dari zona nyaman mereka, tetapi tidak ke zona panik. Zona di antara itu adalah apa yang saya sebut zona pembelajaran," kata Hendriksen.
Pasien memang didorong melakukan sesuatu yang sedikit sulit, dan itu mengaktifkan kecemasan. Namun, ketika hasil yang ditakutkan tidak terjadi, ketakutan pasien tidak diperkuat.
Psikolog membantu pasien memantau kecemasan mereka selama proses berlangsung, dengan tujuan menjaga pasien dalam kondisi tidak nyaman tetapi tidak panik. Saat pasien mengalami kecemasan tanpa adanya bahaya nyata dari pemicu fobia, sistem ketakutan otak menjadi tidak peka dan kecemasan berangsur-angsur berkurang.
Baca juga: Banyak Kecelakaan Pesawat, Ini Tips Atasi Takut Terbang
Dalam beberapa kasus khusus, psikolog mungkin merekomendasikan terapi tambahan di samping terapi paparan.
"Hal ini paling sering terjadi dalam kasus ketakutan terhadap darah, cedera, atau suntikan", kata Antony.
Sekitar 70 persen orang dengan fobia darah dan setengah dari mereka yang memiliki fobia jarum melaporkan rasa takut pingsan, yang disebabkan oleh refleks tak sadar yang disebut respons vasovagal.
Rentan terhadap pingsan, pada awalnya, mungkin memperkuat fobia pada orang-orang ini; dengan kata lain, ketakutan mereka terhadap situasi tersebut dibenarkan ketika mereka benar-benar pingsan.
Jadi, dalam kasus ini, pasien mungkin juga menjalani strategi yang disebut "ketegangan otot terapan". Ini melibatkan pengencangan otot tertentu untuk mengurangi respons vasovagal, yang membantu mencegah pingsan.
Baca juga: Sering Merasa Cemas, Kapan Sebaiknya ke Dokter?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.