Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolagen Modifikasi Bantu Turunkan Berat Badan: Studi Ungkap Potensi Baru Atasi Obesitas

Kompas.com - 23/05/2025, 15:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Penelitian terbaru mengungkap bahwa kolagen yang dimodifikasi secara khusus dapat menekan rasa lapar dan membantu penurunan berat badan pada individu dengan kelebihan berat badan dan obesitas.

Hasil ini memberikan harapan baru dalam pengembangan suplemen makanan fungsional.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients ini dilakukan oleh para peneliti dari University of Navarra, Spanyol.

Mereka mengembangkan kolagen sapi tipe I yang memiliki kemampuan menyerap air sangat tinggi dan daya cerna yang rendah.

Karakteristik ini memungkinkan kolagen mengembang dalam lambung, menciptakan efek kenyang yang lebih lama.

Dalam uji coba klinis acak terkontrol (randomized controlled trial) selama 12 minggu terhadap 64 peserta, konsumsi kolagen menunjukkan penurunan berat badan dan peningkatan rasa kenyang yang signifikan.

Baca juga: Diet DASH Disarankan Dokter untuk Lawan Hipertensi Tanpa Obat Berlebih

Efek nyata pada berat badan dan komposisi tubuh

Peserta dalam kelompok intervensi mengonsumsi dua batang protein mengandung kolagen (20 gram per hari), masing-masing 45 menit sebelum makan siang dan makan malam.

Hasilnya, mereka mengalami penurunan berat badan rata-rata 3 kilogram, hampir dua kali lipat dibandingkan kelompok kontrol.

Indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah sistolik, dan indeks hati berlemak (FLI) juga menunjukkan perbaikan signifikan.

Menariknya, tidak hanya lemak yang berkurang, tetapi massa otot bebas lemak juga meningkat.

Ini menunjukkan bahwa penurunan berat badan tidak disertai dengan hilangnya massa otot, yang sering menjadi kekhawatiran dalam program diet.

Selain itu, kelompok kolagen melaporkan penurunan rasa lapar dan peningkatan rasa kenyang serta kepuasan setelah makan.

Baca juga: Batu Saluran Kemih Akibat Diet Salah, Simak Penjelasan Dokter Urologi

Ghrelin turun, rasa lapar terkontrol

Untuk menelusuri mekanisme biologisnya, para peneliti juga menguji efek kolagen pada tikus jantan Wistar.

Tikus yang mengonsumsi kolagen menunjukkan penurunan kadar ghrelin—hormon pemicu rasa lapar—secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol yang menerima protein kasein.

Ini menunjukkan bahwa efek kenyang yang dirasakan bukan sekadar psikologis, tetapi didukung oleh respons hormonal.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumsi kolagen dengan karakteristik khusus dapat menjadi strategi tambahan yang efektif dalam penanganan obesitas.

Dengan meningkatkan rasa kenyang, menurunkan kadar ghrelin, dan memperbaiki komposisi tubuh tanpa efek samping berarti, kolagen ini memiliki potensi sebagai suplemen fungsional yang menjanjikan.

Meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, terutama untuk mengonfirmasi temuan ini dalam populasi yang lebih luas dan beragam, inovasi ini membuka babak baru dalam pendekatan diet dan nutrisi modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau