Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Penyebab Kista Ovarium Sejak Remaja

Kompas.com - 27/05/2025, 14:20 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Kista ovarium kerap diasosiasikan dengan perempuan dewasa, padahal kondisi ini juga bisa terjadi sejak usia remaja. Meski sebagian besar bersifat jinak, kista tetap perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi kesehatan reproduksi bila tak ditangani sejak dini.

Mengutip dari laman Kemenkes, kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam atau di permukaan indung telur (ovarium). Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala, namun bisa berkembang menjadi lebih besar dan menyebabkan nyeri perut, gangguan menstruasi, hingga komplikasi bila dibiarkan.

Baca juga: Bagaimana Kista Ovarium Terbentuk dan Gejalanya

Peran hormon dalam terbentuknya kista

Menurut dr. Rizki Azaria, MMR, sebagian besar kista yang muncul pada remaja bersifat fungsional, artinya terbentuk sebagai bagian dari siklus menstruasi yang normal. Dua jenis kista fungsional yang umum dijumpai adalah kista folikuler dan kista korpus luteum.

“Kista jenis ini biasanya muncul akibat ketidakseimbangan hormon, terutama antara estrogen dan progesteron,” ujar dr. Rizki kepada Kompas.com, Selasa (27/5/2025).

Kendati begitu, ada pula kista patologis seperti endometrioma, dermoid atau kistadenoma yang perlu diawasi lebih ketat.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Sebabnya indung telur mulai aktif sejak pubertas, remaja putri yang sudah haid memang dapat mengalami kista, meski sebagian besar tetap jinak.

Baca juga: Benjolan di Payudara? Waspadai Tanda-Tanda Kista Payudara

Gaya hidup juga berperan

Meski faktor hormonal menjadi pemicu utama, gaya hidup remaja juga ikut berperan dalam meningkatkan risiko terbentuknya kista, terutama jenis yang patologis atau tidak berkaitan langsung dengan siklus haid.

Beberapa faktor gaya hidup dan kebiasaan yang bisa memengaruhi antara lain:

  • Obesitas

Kelebihan berat badan dapat mengganggu keseimbangan hormon dan meningkatkan risiko terbentuknya kista.

Baca juga: Risiko Kista Tinggi pada Perempuan Usia 20 sampai 30-an Tahun

  • Kebiasaan merokok

Zat beracun dalam rokok dapat memengaruhi fungsi ovarium dan meningkatkan risiko kista serta gangguan reproduksi lainnya.

  • Konsumsi makanan tinggi lemak trans

Diet tinggi lemak jenuh dan rendah serat dapat memicu peradangan serta gangguan hormonal.

  • Kurang aktivitas fisik

Pola hidup sedentari juga berdampak pada metabolisme hormon dan berat badan.

Selain itu, riwayat keluarga juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami kista ovarium atau kanker ovarium dan payudara, risiko seseorang untuk mengalami kista bisa lebih tinggi.

Gejala yang perlu diwaspadai

Kista ovarium berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan keluhan. Namun, bila ukurannya membesar, bisa muncul beberapa gejala berikut:

  • Nyeri di perut bagian bawah, terutama saat atau menjelang haid
  • Perubahan siklus menstruasi menjadi tidak teratur
  • Perut kembung atau terasa penuh
  • Gangguan pencernaan ringan seperti cepat kenyang

“Kalau ada seseorang yang mengalami nyeri perut hebat, terutama sesaat sebelum atau selama awal menstruasi, sebaiknya dilakukan USG untuk melihat apakah ada kista atau tidak,” ujar dr. Rizki.

Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi kista secara dini dan menentukan penanganan yang tepat.

Baca juga: Nyeri Haid Berlebihan, Dokter Sebut Bisa Jadi karena Kista

Deteksi dini dan langkah pencegahan kista

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kista ovarium, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risikonya, antara lain:

  • Menjaga berat badan ideal
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Menghindari rokok dan makanan olahan tinggi lemak trans
  • Rutin berolahraga
  • Memantau siklus menstruasi secara teratur
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala

“Selama kista ditangani dengan baik, insya Allah tidak berbahaya,” kata dr. Rizki.

“Yang penting, kita peka terhadap kondisi tubuh dan tidak ragu untuk memeriksakan diri bila ada gejala yang mencurigakan," pesannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau