Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2025, 13:20 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Ketika menghadapi tugas yang dianggap menyebalkan, meski kita tahu tugas itu penting, banyak orang justru menundanya. Entah itu harus mengirim laporan proyek yang sudah selesai atau merevisi presentasi.

Cara termudah untuk menghindari tugas-tugas ini adalah dengan menundanya hingga nanti atau tidak menyelesaikannya sama sekali. Namun, mengapa orang menunda-nunda, dan apakah ada yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kecenderungan ini?

Menunda pekerjaan bukan sekadar soal malas atau kurang disiplin. Riset terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan menunda, sebenarnya berkaitan erat dengan pengelolaan emosi dan cara kerja otak kita.

Baca juga: Sering Nyeri Tengkuk Bisa karena Kebiasaan Pakai Gawai yang Buruk

"Penundaan sering kali bukan tentang tugas itu sendiri, melainkan tentang emosi negatif yang muncul saat memikirkan tugas tersebut," jelas Dr. Fuschia Sirois, profesor psikologi dari Universitas Durham, Inggris. 

Misalnya, hanya dengan membayangkan harus memulai revisi presentasi, sebagian orang langsung diliputi kecemasan, ragu, atau takut salah. Dalam banyak kasus, menghindari perasaan tidak nyaman ini menjadi alasan utama seseorang memilih menunda.

"Menunda-nunda menjadi cara yang cepat, mudah, dan 'kotor' untuk mengatasi sesuatu, meskipun dengan cara yang menghindar, ketika sumber daya penanganan kita sudah maksimal," kata Sirois. 

Lebih lanjut, studi pencitraan otak menunjukkan bahwa individu yang cenderung menunda memiliki koneksi otak yang lebih lemah antara area pengendalian diri dan area pengatur respons terhadap stres (amigdala).

Amigdala yang terlalu aktif atau sensitif cenderung menanggapi tugas sebagai ancaman emosional, sekecil apa pun tantangannya, seperti menyusun kalimat dalam email.

Baca juga: 8 Cara Mengatasi Burnout, Kelelahan Mental dan Fisik karena Pekerjaan

Ilustrasi burnout.FREEPIK/WAYHOMESTUDIO Ilustrasi burnout.

Penundaan juga ditemukan lebih umum pada orang dengan ADHD dan pada mereka yang mengalami tekanan emosional atau kelelahan kronis. Dalam situasi seperti itu, penundaan menjadi bentuk pelarian cepat dari stres, meskipun akhirnya menciptakan stres tambahan karena tugas belum selesai.

Baca juga: Konsumsi Parasetamol Selama Kehamilan Berisiko ADHD pada Bayi

Secara mengejutkan, kebiasaan ini juga memiliki komponen biologis dan genetik. Penelitian menyebutkan bahwa kecenderungan menunda terkait dengan impulsivitas dan bisa diturunkan secara genetik. 

"Namun, ini bukan berarti tidak bisa diubah. Dengan melatih pengelolaan emosi dan memahami apa yang sebenarnya membuat suatu tugas terasa berat, kita bisa mengurangi kecenderungan untuk menunda," ujarnya.

Teknik seperti memecah tugas menjadi bagian kecil, mencari makna dalam tugas tersebut, atau memberi diri sendiri penghargaan setelah menyelesaikannya, terbukti membantu mengatasi penundaan.

"Dalam kasus esai kuliah atau tugas kerja, mungkin membantu untuk mengklarifikasi ketidakpastian tentang apa sebenarnya tugas tersebut atau memecahnya menjadi tugas-tugas yang lebih kecil", kata Sirois.

Jadi, lain kali kamu merasa ingin menunda pekerjaan, mungkin bukan karena kamu pemalas, melainkan karena otak sedang mencoba menghindari rasa tidak nyaman. Dan itu bisa dilatih untuk berubah.

Baca juga: 22 Penyebab Stres yang Sering Dialami dan Cara Mengatasinya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Health
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Health
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Health
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Health
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau