Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Jalan Kaki ala Jepang, Ketahui Apa Manfaatnya untuk Kesehatan

Kompas.com - 07/06/2025, 12:23 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Tren kebugaran terbaru dari Jepang yang dikenal sebagai "jalan kaki ala Jepang" tengah menjadi sorotan global karena kesederhanaannya dan manfaat kesehatan yang nyata.

Metode ini dirancang agar dapat diikuti oleh siapa saja, tanpa memerlukan alat canggih, keanggotaan gym, atau waktu luang berlebihan—cukup dengan sepatu nyaman dan stopwatch.

Jalan kaki ala Jepang dikembangkan oleh Profesor Hiroshi Nose dan Associate Professor Shizue Masuki dari Universitas Shinshu, Jepang.

Metode ini menggabungkan jalan cepat dan lambat secara bergantian: 3 menit berjalan cepat (intensitas tinggi) dan 3 menit berjalan santai (intensitas rendah). Siklus ini diulang selama 30 menit, dilakukan empat kali seminggu.

Baca juga: Apakah Olahraga Jalan Kaki Bisa Menurunkan Kolesterol?

Meski disebut sebagai latihan "jalan kaki intensitas tinggi", intensitasnya lebih rendah daripada HIIT (High-Intensity Interval Training) konvensional, sehingga cocok bagi banyak kalangan, termasuk lansia atau pemula dalam dunia olahraga.

Mengapa jadi tren?

Ada beberapa alasan mengapa metode ini kini digandrungi:

- Sederhana dan terjangkau

Tidak memerlukan alat khusus atau tempat latihan tertentu. Bisa dilakukan di taman, jalan kompleks, atau bahkan koridor kampus dan kantor.

- Efisien waktu

Dibandingkan target umum seperti 10.000 langkah per hari, metode ini hanya butuh sekitar 30 menit dan bisa memberikan manfaat yang sama, bahkan lebih terukur dalam aspek kebugaran.

Baca juga: Manfaat Jalan Kaki 10.000 Langkah Setiap Hari untuk Kesehatan Fisik dan Mental

- Efektivitas terbukti secara ilmiah

Dalam penelitian tahun 2007 di Jepang, peserta yang menerapkan metode ini mengalami  penurunan berat badan, tekanan darah, peningkatan kekuatan otot kaki dan kebugaran jantung-paru.

- Perlindungan terhadap penurunan fisik akibat usia

Hasil ini melampaui kelompok yang hanya berjalan kaki dengan intensitas rendah namun berjarak lebih panjang (target 8.000 langkah per hari).

Meski menawarkan banyak keuntungan, jalan kaki ala Jepang tidak cocok bagi semua orang. Dalam studi yang sama, sekitar 22 persen peserta tidak menyelesaikan program ini, sedikit lebih tinggi dibanding program berjalan biasa (sekitar 17 persen). Hal ini menunjukkan bahwa meski singkat dan sederhana, tetap diperlukan komitmen dan stamina dasar.

Namun, bagi mereka yang mencari alternatif sehat, realistis, dan tidak membosankan, tren ini menjadi pilihan ideal.

Baca juga: Sering Berhenti Saat Jalan Kaki Bakar Lebih Banyak Kalori

Tren atau Solusi Jangka Panjang?

Banyak pakar kesehatan menekankan bahwa yang terpenting bukan jenis olahraga, tetapi frekuensi dan konsistensi aktivitas fisik yang dilakukan. Jalan kaki ala Jepang hanyalah satu metode efektif dari banyak pendekatan yang bisa dilakukan.

“Penelitian menunjukkan bahwa orang yang secara rutin melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat cenderung hidup lebih lama, tak peduli berapa lama tiap sesinya,” tulis analisis Sean Pymer, ahli fisiologi latihan klinis dalam The Conversation.

Dengan makin banyaknya orang yang mencari cara hidup sehat di tengah kesibukan, tidak heran jika jalan kaki ala Jepang menjadi tren baru yang relevan—efektif, inklusif, dan mudah dijadikan rutinitas harian.

Baca juga: Mengungkap Fakta Ilmiah dari Mitos 10.000 Langkah

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Health
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Health
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Health
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Health
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Health
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Health
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Health
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Health
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Health
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Health
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Health
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Health
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Health
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau