Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Stres Berat Bisa Picu Sindrom Patah Hati pada Pria

Kompas.com - 09/06/2025, 10:45 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber BBC

 

KOMPAS.com - Seorang pria berusia 59 tahun di Beijing tiba-tiba mengalami nyeri dada hebat dan sesak napas saat akan menjalani prosedur medis rutin di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking. 

Dari keluhan yang dialami pria tersebut, dokter mendiagnosis kardiomiopati takotsubo, lebih dikenal sebagai sindrom patah hati. Ini adalah sebuah kondisi langka namun serius di mana jantung mendadak terganggu akibat lonjakan stres emosional atau fisik.

Beberapa bulan sebelumnya, pria tersebut telah menjalani operasi pengangkatan tumor kandung kemih, dan meskipun tampak tenang di depan keluarga, rasa cemas yang mendalam tentang kemungkinan kambuhnya kanker terus menghantui pikirannya, hingga memengaruhi kesehatannya secara fisik.

Jantung yang “membeku” karena stres

Takotsubo, dinamai dari pot penangkap gurita di Jepang yang menyerupai bentuk jantung saat terkena sindrom ini, terjadi ketika hormon stres seperti adrenalin dan katekolamin membanjiri tubuh. 

Baca juga: 9 Penyebab Sindrom Patah Hati, Tak Hanya Hubungan Asmara

Alih-alih memompa darah secara normal, otot jantung justru melemah dan sebagian “membeku” dalam posisi abnormal. Akibatnya, gejala yang muncul bisa sangat mirip serangan jantung: nyeri dada, jantung berdebar kencang, dan irama jantung tidak normal.

Meskipun kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pria yang terkena takotsubo atau kardiomiopati stres justru berisiko lebih tinggi untuk meninggal dunia.

Sebuah studi besar yang dipublikasikan oleh Journal of the American Heart Association pada Mei lalu menganalisis hampir 200.000 pasien sindrom patah hati di Amerika Serikat. Hasilnya mengejutkan: pria memiliki tingkat kematian dua kali lipat lebih tinggi dibanding wanita, yakni mencapai 11,2 persen.

Baca juga: Jantung Seorang Wanita Menghitam, ternyata Akibat Penyakit Langka

Ilustrasi.Shutterstock Ilustrasi.

Mengapa takotsubo lebih berbahaya pada pria?

Menurut Dr. Mohammad Reza Movahed, profesor klinis di University of Arizona dan salah satu penulis studi, temuan ini menunjukkan celah besar dalam pemahaman kita tentang penyakit jantung yang dipicu stres.

"Ini membuka pertanyaan ilmiah baru yang sangat penting," katanya. Movahed menjelaskan bahwa perbedaan hormon antara pria dan wanita kemungkinan menjadi faktor utama.

Baca juga: Cek Jantung Sejak Usia 40-an, Langkah Kecil yang Bisa Selamatkan Nyawa

Dalam situasi stres berat, tubuh melepaskan hormon fight-or-flight seperti katekolamin untuk mempersiapkan diri “melawan atau lari”. Namun, jika jumlah hormon ini terlalu tinggi, jantung justru bisa mengalami syok dan kehilangan fungsinya sementara. 

Pria diduga menghasilkan lebih banyak katekolamin saat stres dibanding wanita, yang membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan jantung akut akibat takotsubo.

Estrogen, hormon seks utama pada wanita, juga dianggap punya efek pelindung terhadap sistem kardiovaskular. Ini bisa menjelaskan mengapa wanita lebih sering terkena takotsubo, tapi lebih jarang mengalami komplikasi parah atau kematian.

Faktor lain yang memperburuk risiko pria adalah bias diagnosis. Karena sindrom ini lebih sering ditemukan pada wanita, dokter mungkin tidak langsung mencurigai takotsubo pada pasien pria. Hal ini dapat menunda pengobatan penting.

“Jika diagnosis terlewat, perawatan bisa tertunda—dan dalam kasus ini, waktu benar-benar sangat krusial,” kata Dr. Deepak Bhatt dari Mount Sinai Heart Hospital.

Baca juga: Mengenal Penyakit Kebocoran Jantung dan Inovasi Penanganannya

Selain itu, banyak pria cenderung menunda pergi ke dokter karena mengira gejalanya ringan atau akan membaik dengan sendirinya. Namun, komplikasi sindrom patah hati bisa mematikan, termasuk serangan jantung, stroke, pembekuan darah, hingga gagal jantung.

"Meski menyeramkan, takotsubo bukan akhir dari segalanya. Jika didiagnosis dengan cepat dan ditangani dengan benar, fungsi jantung bisa pulih sepenuhnya dalam hitungan minggu, menurut Dr. Alejandro Lemor dari University of Mississippi Medical Center.

Meski sindrom patah hati disebabkan oleh stres mendadak, Bhatt mengatakan bahwa mengelola stres kronis dengan meditasi atau olahraga setiap hari dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan, sekaligus memberi rutinitas yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi tak terduga.

Kasus pria di Beijing tadi menjadi pengingat penting bahwa kesehatan emosional dan fisik saling berkaitan erat.

Baca juga: Benarkah Stres Bisa Menyebabkan Gatal dan Biduran?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Health
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Health
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Health
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Health
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Health
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Health
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Health
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Health
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Health
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Health
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Health
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Health
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Health
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau