Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Konsumsi Ragam Flavonoid Bisa Turunkan Risiko Kematian dan Penyakit Kronis

Kompas.com - 09/06/2025, 14:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Nature

KOMPAS.com – Konsumsi flavonoid dalam jumlah banyak dan beragam jenis terbukti dapat menurunkan risiko kematian akibat berbagai penyebab dan sejumlah penyakit kronis.

Temuan ini berasal dari studi besar terhadap lebih dari 120.000 peserta di Inggris dan telah dipublikasikan di jurnal Nature Food.

Penelitian tersebut menemukan bahwa individu yang mengonsumsi flavonoid dari berbagai sumber makanan, seperti teh, apel, jeruk, anggur, dan beri, memiliki risiko kematian yang 14 persen lebih rendah dibanding mereka yang hanya mengonsumsi sedikit jenis flavonoid.

Baca juga: Studi: Puasa Hanya Minum Air Selama 10 Hari Tingkatkan Risiko Peradangan

Studi skala besar gunakan data UK Biobank

Penelitian dilakukan oleh tim ilmuwan internasional menggunakan data dari UK Biobank, yang mencakup lebih dari 124.000 orang dewasa berusia di atas 40 tahun.

Selama masa tindak lanjut selama hampir 11 tahun, para peneliti meneliti hubungan antara konsumsi flavonoid—senyawa antioksidan dalam buah, sayur, dan minuman seperti teh—dengan risiko kematian dan enam penyakit kronis utama: penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, gangguan pernapasan, dan penyakit neurodegeneratif.

Hasilnya menunjukkan bahwa tidak hanya kuantitas, tetapi juga keragaman jenis flavonoid yang dikonsumsi berperan penting dalam melindungi kesehatan.

Konsumsi beragam flavonoid setiap hari berhubungan dengan penurunan risiko kematian dan penyakit secara signifikan, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor gaya hidup dan medis lainnya.

Baca juga: Studi: Kopi Decaf Bisa Membuat Tubuh Terjaga Sama seperti Kopi Biasa

Ragam flavonoid lebih baik daripada satu jenis

Peneliti mencatat bahwa peserta yang berada pada kuintil tertinggi dalam hal keragaman flavonoid memiliki:

  • Risiko kematian lebih rendah hingga 14 persen
  • Risiko penyakit jantung lebih rendah 10 persen
  • Risiko diabetes tipe 2 lebih rendah 20 persen
  • Risiko kanker dan gangguan pernapasan lebih rendah masing-masing 8 persen

Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan untuk penyakit neurodegeneratif dalam kaitannya dengan keragaman flavonoid saja.

Flavonoid sendiri terbagi dalam beberapa subkelas, antara lain flavonol, flavanon, flavon, flavan-3-ol, dan antosianin.

Studi ini menemukan bahwa flavan-3-ol dan flavanon yang dikonsumsi dalam jenis yang beragam memberikan manfaat kesehatan paling besar.

Sementara itu, thearubigin—senyawa dominan dalam teh—menjadi satu-satunya senyawa yang paling banyak dikonsumsi pada peserta dengan keragaman rendah.

Para peneliti menyarankan konsumsi beberapa porsi makanan atau minuman tinggi flavonoid setiap hari untuk mendapatkan manfaat optimal. Contohnya adalah teh (hitam atau hijau), beri, apel, jeruk, dan anggur.

Dalam penutup studi, para penulis menyampaikan bahwa hasil ini mendukung gagasan pentingnya pola makan beragam, bukan hanya dari sisi jumlah, melainkan juga dari variasi jenis nutrisi yang dikonsumsi.

Rekomendasi diet masa depan, kata mereka, sebaiknya tidak hanya menyarankan asupan tinggi flavonoid, tetapi juga mengarahkan masyarakat untuk mengonsumsi dari berbagai sumber pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Ketahui Bahaya Tersengat Lebah
Health
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Remaja 19 Tahun Alami Alzheimer, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Health
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Virus Hanta yang Ditemukan di Indonesia Bahaya atau Tidak? Ini Penjelasannya…
Health
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Virus Hanta Bisa Menyebar dari Makanan dan Rumah Kotor, Ini Cara Menghindarinya
Health
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Jangan Anggap Sepele, Ini Gejala Infeksi Virus Hanta yang Dapat Menyerang Tubuh
Health
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Alat Tes Deteksi Dini Kanker Asal Jepang Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Health
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Pengapuran Lutut Apakah Harus Operasi? Ini Penjelasan Dokter...
Health
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Dari Sunjay Kapur Meninggal, Apa Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?
Health
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Waspada Virus Hanta, Kemenkes Laporkan 8 Kasus di Indonesia
Health
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Miliuner India Sunjay Kapur Meninggal Usai Diduga Menelan Lebah
Health
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Demam Mulai Turun Bukan Berarti Sembuh, Justru Fase Paling Mematikan DBD Bisa Dimulai
Health
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Demam Biasa Bisa Sembuh, Tapi Demam Berdarah Bisa Berujung Maut Bila Tak Ditangani
Health
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Health
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Health
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau