KOMPAS.com - Rosemary, yang memiliki nama latin Rosmarinus officinalis, merupakan herbal aromatik yang sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno.
Tanaman ini berasal dari wilayah Mediterania dan populer sebagai bahan masakan untuk menambah aroma dan rasa.
Namun, ternyata manfaatnya tidak hanya untuk melezatkan makanan, melainkan juga untuk meningkatkan kesehatan.
Melansir Science Alert pada Sabtu (7/6/2025), rosemary diakui memiliki khasiat menjanjikan untuk kesehatan otak, peradangan, dan kekebalan tubuh.
Bahkan, belum lama ini penelitian menemukan bahwa tanaman aromatik ini memiliki potensi manfaat untuk membantu melawan penyakit Alzheimer, jenis demensia yang paling umum di dunia.
Baca juga: Pria 41 Tahun Idap Penyakit Alzheimer: Gejalanya Mudah Diabaikan
Sebuah penelitian oleh Piu Banerjee, Yubo Wang, dkk., yang dipublikasikan di MDPI pada Februari 2025 menunjukkan potensi manfaat rosemary untuk membantu melawan penyakit Alzheimer.
Studi pada hewan tikus ini mengembangkan versi stabil dari asam karnosat, yang disebut diAcCA.
Asam karnosat adalah senyawa tanaman (fitokimia) dari rosemary yang diketahui memiliki efek meningkatkan kesehatan yang paling kuat.
Fitokimia ini memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi, yang melindungi sel-sel otak dari kerusakan, termasuk jenis kerusakan terkait dengan penyakit Alzheimer.
Dalam studi praklinis yang menjanjikan tersebut, senyawa ini meningkatkan daya ingat, meningkatkan jumlah sinapsis (hubungan antara sel-sel otak), dan mengurangi protein terkait Alzheimer yang berbahaya seperti amiloid-beta dan tau.
Yang paling menarik dalam studi ini adalah ditemukan fakta bahwa diAcCA hanya aktif di daerah otak yang mengalami peradangan, sehingga dianggap bisa meminimalkan efek samping penggunaan.
Sejauh ini, penelitian pada tikus tidak menunjukkan tanda-tanda toksisitas, melainkan peningkatan kognitif yang signifikan.
Hal tersebut meningkatkan harapan para peneliti bahwa uji coba pada manusia dapat dilakukan sebagai tahapan selanjutnya.
Dari hasil sementara penelitian ini, para peneliti juga meyakini bahwa diAcCA dapat digunakan untuk membantu mengobati kondisi peradangan lainnya, seperti diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan penyakit Parkinson, tidak hanya untuk melawan penyakit Alzheimer.
Baca juga: Alzheimer, Bikin Eyang Putri Necis Lupa Berdandan dan Keluarganya
Tanaman rosemary dapat memengaruhi otak dengan beberapa mekanisme.
Pertama, rosemary dapat merangsang sirkulasi darah, termasuk yang menuju otak.
Tanaman aromatik ini membantu menyalurkan lebih banyak oksigen dan nutrisi, yang bisa meningkatkan kejernihan mental.
Rosemary juga memiliki khasiat untuk menenangkan pikiran. Beberapa penelitian telah menunjukkan fakta aromanya dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
Tingkat stres yang menurun bermanfaat untuk meningkatkan fokus dan daya ingat.
Selain itu, rosemary mengandung senyawa yang berinteraksi dengan neurotransmiter otak.
Salah satu senyawa tersebut adalah 1,8-cineole, yang membantu mencegah kerusakan asetilkolin, zat kimia otak yang berperan dalam pembelajaran dan memori.
Dengan menjaga asetilkolin, rosemary tentu bisa mendukung kinerja kognitif, terutama seiring bertambahnya usia.
Belum lagi, dalam kandungan rosemary, ditemukan banyak antioksidan yang bisa membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat stres oksidatif.
Stres oksidatif adalah faktor utama dalam penurunan kognitif, yang umum juga terjadi pada penderita Alzheimer.
Selanjutnya, rosemary kaya akan fitokimia. Salah satu yang paling kuat yaitu asam karnosat, zat antioksidan dan antiinflamasi yang membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan, terutama dari jenis kerusakan pemicu Alzheimer.
Baca juga: Penyakit Alzheimer Akan Jadi Pencuri Bahagia di Masa Tua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.