KOMPAS.com - Setiap orang umum mengalami stres, tetapi terkadang, kondisi ini bisa memicu terjadinya serangan stroke.
Penelitian telah menunjukkan bahwa stres emosional dapat meningkatkan risiko stroke.
Baik stres jangka panjang (kronis) maupun jangka pendek (akut) dapat memiliki pengaruh terhadap risiko stroke, seperti yang dikutip dari Healthline.
Bahkan, menurut World Stroke Organization, sekitar 1 dari 6 kasus stroke dikaitkan dengan depresi dan stres.
Orang yang mengalami kesehatan mental yang buruk memiliki risiko stroke dan stroke ringan hampir dua kali lebih besar, terutama pada orang dewasa paruh baya dan lansia.
Artikel ini akan mengulas hubungan keduanya beserta tanda-tanda stres dan stroke yang harus diwaspadai.
Baca juga: Apakah Kurang Tidur Bisa Picu Stroke? Ini Kata Dokter…
Dokter penyakit dalam dr. Ahmad Akbar, Sp.PD mengatakan bahwa ada banyak jalur yang membuat stres bisa menyebabkan terjadinya serangan stroke.
“Stres dapat meningkatkan risiko stroke karena ada beberapa jalur, seperti meningkatkan tekanan darah, memicu inflamasi (peradangan), dan mengganggu fungsi pembuluh darah,” kata Akbar kepada Kompas.com pada Kamis (5/6/2025).
Dikutip dari Healthline, peningkatan tekanan darah bisa terjadi karena stres memengaruhi kondisi kardiovaskular.
Misalnya, stres dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri, yang akhirnya menyebabkan hipertensi.
Menurut ulasan World Stroke Organization, stres yang berlarut-larut membuat tubuh menghasilkan hormon yang dapat menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit, yang disebut sebagai aterosklerosis.
Jika aterosklerosis memengaruhi pembuluh darah menuju otak, akibatnya adalah stroke.
Baca juga: Apakah Stres Bisa Picu Stroke? Ini Kata Dokter…
Selanjutnya, dokter yang berpraktik di Rumah Sakit JIH Solo ini mengatakan bahwa stres juga bisa memengaruhi gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko stroke, seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak bergizi seimbang, dan kurang tidur.
Hal itu juga didukung oleh penelitian oleh Erik J Rodriquez, dkk., yang dipublikasikan di PubMed Central pada 2018.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat stres kronis yang tinggi juga cenderung membuat lebih sedikit pilihan gaya hidup sehat, termasuk merokok, minum alkohol berlebihan, makan berlebihan, dan obesitas.
Adapun sebuah penelitian yang dilakukan oleh Catriona Reddin, MB, dkk., dalam skala besar, dan dipublikasikan di JAMA Network pada 2022 juga telah mengungkapkan bahwa hubungan stres dengan stroke bisa terjadi pada siapa saja.
Studi itu melibatkan lebih dari 26.000 peserta yang memiliki stres psikososial yang dilaporkan sendiri dalam 12 bulan terakhir dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan hemoragik.
Hubungan stres dan stroke tidak dibatasi oleh status sosial ekonomi, pekerjaan, atau tingkat pendidikan tertentu.
Dengan demikian, hubungan stres dan stroke pada setiap orang adalah sama, terlepas dari jenis pekerjaan apa, berapa banyak penghasilan, atau seberapa tinggi tingkat pendidikan seseorang.
Baca juga: Berapa Jam Harus Tidur untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Lalu, apakah Anda termasuk orang yang dilanda stres dan memiliki risiko stroke tersebut?
Merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stres adalah sebuah kondisi yang dirasakan saat seseorang menghadapi tantangan atau berada dalam situasi yang mengharuskannya menyesuaikan diri secara cepat dengan sebuah perubahan.
Tanda-tanda stres bisa muncul secara psikis, fisik, kognitif, dan perilaku.
Secara psikis, tanda-tanda stres bisa meliputi:
Secara fisik, banyak hal yang bisa muncul sebagai gejala stres, seperti:
Secara kognitif, tanda-tanda seseorang mengalami stres meliputi:
Tanda-tanda stres juga bisa terlihat dari perilakunya, seperti:
Disarankan untuk segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk meminta bantuan dokter, psikiater atau tenaga kesehatan, jika mengalami atau menemui gejala seperti di atas.
Baca juga: Belajar dari Harry Pantja, Ketahui Stroke Berulang akan Lebih Parah
Stoke memiliki beberapa gejala yang harus diperhatikan, yaitu:
Terlepas dari beratnya gejala, jika Anda mengalami kesulitan berbicara, sakit kepala, atau mati rasa, penting untuk segera konsultasi ke dokter.
Stroke adalah penyakit yang mengancam jiwa, yang mana sebanyak 1,9 juta sel otak dapat mati setiap menitnya sejak serangan terjadi.
Sehingga, pertolongan medis segera sangat dibutuhkan sebelum melewati golden period, yaitu 4,5 jam dari serangan stroke.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan untuk menawarkan nasihat medis.
Baca juga: Belajar dari Harry Pantja, Ini Alasan Kurang Tidur Bisa Picu Stroke
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.