KOMPAS.com – Pengapuran lutut tak hanya menyerang lansia. Tanpa disadari, sejumlah faktor risiko seperti kelebihan berat badan, bentuk kaki tidak simetris, hingga cedera lama bisa mempercepat kerusakan sendi lutut, bahkan sebelum usia 50 tahun.
Dr. dr. Ludwig Andribrert P Pontoh, Sp.OT, Subsp.PL dari RS Fatmawati mengingatkan bahwa pengapuran lutut bukan sekadar bagian dari proses penuaan, melainkan bisa menjadi masalah serius bila dipicu oleh faktor-faktor tertentu yang kerap diabaikan.
“Kalau tulang rawan sudah rusak, maka tulang ketemu langsung dengan tulang. Itu yang menyebabkan nyeri dan bunyi ‘kertek-kertek’ saat digerakkan,” kata Ludwig dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI, Rabu (18/6/2025).
Ludwig menjelaskan bahwa pengapuran atau osteoartritis adalah kerusakan pada tulang rawan sendi, bukan karena kurangnya pelumas.
Justru, peradangan akibat pengapuran menyebabkan produksi cairan sendi meningkat, membuat lutut bengkak dan nyeri.
Baca juga: 6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Meski pengapuran lutut umumnya terjadi akibat proses penuaan, beberapa faktor dapat mempercepat kerusakan sendi lutut, bahkan pada usia produktif.
Berikut ini faktor risiko yang perlu diwaspadai.
Beban tubuh berlebih memberi tekanan ekstra pada sendi lutut. Setelah usia 50 tahun, tulang rawan mulai melemah dan menjadi lebih rentan rusak. Berat badan berlebih menjadi salah satu pemicu utama percepatan pengapuran.
Wanita lebih rentan mengalami pengapuran karena penurunan hormon estrogen setelah menopause, yang berpengaruh pada kekuatan tulang rawan sendi.
Baca juga: Kenapa Lutut Sakit Saat Diluruskan? Berikut 7 Penyebabnya…
Bentuk lutut yang tidak lurus menyebabkan beban tubuh tidak tersebar merata. Akibatnya, sebagian area lutut mengalami tekanan berlebih dan lebih cepat mengalami kerusakan.
Cedera seperti patah tulang atau keseleo yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kerusakan sendi lebih cepat. Begitu pula infeksi pada lutut yang tidak tertangani optimal.
Olahraga atau pekerjaan berat yang memberi tekanan terus-menerus pada lutut berisiko menyebabkan pengapuran dini, terutama bila sering terjadi cedera ringan yang diabaikan.
“Banyak pasien datang usia belum 50 tahun tapi sudah pengapuran berat. Umumnya karena cedera, infeksi, atau bentuk kaki yang tidak normal,” ujar Ludwig.
Baca juga: 5 Penyebab Lutut Sakit di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai
Gejala pengapuran lutut tidak muncul tiba-tiba, tetapi berkembang secara bertahap.
Mengenali tanda-tandanya sejak awal sangat penting untuk mencegah kerusakan sendi yang lebih parah. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terjadi.
Pasien merasakan nyeri pada lutut meski tidak mengalami cedera atau benturan apa pun.
Muncul suara "kertek-kertek" saat lutut ditekuk atau diluruskan, terutama saat naik-turun tangga. Hal ini menandakan permukaan tulang rawan sudah tidak rata.
Lutut terasa sakit saat digunakan untuk aktivitas seperti naik tangga, meski tidak terasa saat berjalan biasa.
Setelah duduk lama, pasien merasa sulit langsung berjalan dan perlu menggoyangkan lutut terlebih dahulu.
Kesulitan menekuk lutut, misalnya saat shalat, menjadi pertanda kerusakan sudah mulai mengganggu fungsi gerak.
Pada tahap lanjut, nyeri muncul bahkan saat istirahat atau tidur. Beberapa pasien memerlukan tongkat untuk berjalan karena lutut tak lagi bisa menopang tubuh.
“Kalau sudah tidak bisa shalat normal, harus duduk karena lutut sakit, itu tanda pengapuran sudah berat,” tegas Ludwig.
Meskipun tidak bisa sepenuhnya dicegah karena merupakan bagian dari proses penuaan, pengapuran lutut bisa diperlambat dan dikendalikan dengan mengenali faktor risikonya.
Menjaga berat badan, mencegah cedera, dan memperhatikan bentuk kaki sejak muda dapat membantu mengurangi tekanan berlebih pada sendi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.