KOMPAS.com - Seorang wanita yang bernama Layne Horwich sukses lawan kanker payudara dengan melakukan lumpektomi, tanpa memerlukan kemoterapi dan radiasi lanjutan.
Mengutip NBC Chicago, Horwich didiagnosis menderita kanker payudara pada usia 100 tahun dan dinyatakan sembuh satu tahun kemudian.
Tidak seperti pada kebanyakan manusia yang hidup 100 tahun, Horwich memiliki semangat hidup yang tinggi dan aktif bergerak.
Dokter onkologi, Dr. Catherine Pesce, yang menangani wanita 100 tahun tersebut mengagumi gaya hidup aktif dan kesehatannya.
Baca juga: Wanita 100 Tahun Didiagnosis Kanker Payudara, Kenali Faktor Risiko Penyakit Ini…
“Untuk usianya, dia sangat sehat. Saya tahu di akan menoleransi operasi yang relatif kecil,” kata Pesce.
Pesce mengungkapkan bahwa wanita usia 100 tahun ini sudah melakukan riset sendiri terkait pengobatan kanker payudara yang dibutuhkannya.
"Dia telah melakukan penelitiannya sendiri dan mengetahui bahwa obat dalam bentuk pil dapat menyebabkan rambut menipis, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia sama sekali tidak menginginkan hal itu karena dia pergi ke salon kecantikan setiap minggu," kata Pesce.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Horwich memilih menjalani lumpektomi dan sukses, tanpa memerlukan kemoterapi atau radiasi lanjutan.
Dari kisah pengalaman wanita usia 100 tahun melawan kanker payudara tersebut, kita bisa belajar lebih lanjut tentang lumpektomi, salah satu pilihan pengobatan kanker payudara yang tersedia di dunia.
Baca juga: Kisah Wanita yang Didiagnosis Kanker Payudara di Usia 100 Tahun
Sebelum membahas mengenai macam pengobatan kanker payudara, termasuk lumpektomi, perlu diketahui bahwa kanker payudara adalah jenis kanker paling umum pada perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut data Globocan untuk Indonesia pada 2020, sebanyak 68.858 kasus baru atau 16,6 persen dari seluruh kasus kanker merupakan kanker payudara.
Penyakit ini juga menjadi penyebab kematian utama akibat kanker, dengan lebih dari 22 ribu kematian pada tahun yang sama.
Sebagian besar kanker payudara bermula dari saluran susu (duct) atau lobulus (kelenjar penghasil susu).
Dalam tahap awal (in situ), sel kanker belum menyebar dan tidak mengancam jiwa.
Namun jika dibiarkan, sel kanker dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar (metastasis) ke organ lain, seperti paru-paru, hati, otak, atau tulang.
Baca juga: Racun Kalajengking Amazon Bisa Hancurkan Sel Kanker Payudara? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Pengobatan kanker payudara sangat tergantung pada stadium, jenis sel kanker, usida, dan kondisi kesehatan pasien.
Secara umum, cara mengobati kanker payudara bisa melalui:
Sebelum pasien menentukan pilihan pengobatan, dokter biasanya akan menjelaskan berbagai pilihan di setiap tahapan perawatan dan berupaya untuk menentukan tindakan pengobatan terbaik.
Pada kasus Layne Horwich, pengobatan yang dipilih adalah lumpektomi.
Lumpektomi adalah prosedur pembedahan yang hanya mengangkat tumor beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya, tanpa mengangkat seluruh payudara.
Prosedur ini dikenal juga sebagai bedah konservasi payudara dan umumnya dilakukan pada kanker stadium awal.
Baca juga: Jessie J Alami Kanker Payudara dan Jalani Mastektomi, Kenali Apa Ini...
Berbeda dengan mastektomi yang mengangkat seluruh jaringan payudara, lumpektomi hanya menghilangkan bagian tumor dan margin (jaringan sehat di sekitarnya).
Tujuannya adalah memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal sambil tetap menjaga bentuk payudara semaksimal mungkin.
Lumpektomi umumnya direkomendasikan untuk pasien kanker payudara stadium awal, terutama jika:
Selain itu, lumpektomi juga bisa dilakukan sebagai bagian dari biopsi eksisi, yaitu pengangkatan massa yang mencurigakan untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Lumpektomi umumnya dilakukan dalam waktu 60–90 menit, dan pasien bisa pulang di hari yang sama jika tidak ada komplikasi.
Baca juga: Jessie J Telah Jalani Mastektomi dan Berharap Kanker Payudara Sudah Hilang Sepenuhnya
Sama seperti operasi lainnya, lumpektomi memiliki risiko, di antaranya:
Kadang-kadang, tabung drainase dipasang untuk mengeluarkan cairan pascaoperasi.
Pasien juga bisa mengalami rasa gatal atau kesemutan saat saraf sembuh kembali.
Kisah Layne Horwich menjadi bukti bahwa usia bukanlah penghalang untuk bertahan dan sembuh dari kanker payudara.
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat seperti lumpektomi mampu memberikan harapan baru, bahkan bagi wanita usia 100 tahun sekalipun.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan untuk menawarkan nasihat medis.
Referensi:
“Woman diagnosed with breast cancer at 100 years old is now cancer-free at 101”. NBC Chicago. Diakses pada Juni 2025.
“Breast Cancer”. World Health Organization (WHO). Diakses pada Juni 2025.
“Kanker Payudara Paling Banyak di Indonesia, Kemenkes Targetkan Pemerataan Layanan Kesehatan”. Sehat Negeriku. Diakses Juni 2025.
“What to expect during a breast lump removal (lumpectomy)”. Medical News Today. Diakses Juni 2025.
Baca juga: Siapa yang Berisiko Alami Kanker Payudara? Ini Faktor Risikonya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.