Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Antibiotik untuk ISK Tanpa Resep Dokter? Dokter Peringatkan Bahayanya

Kompas.com - 03/07/2025, 09:26 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Pemberian obat antibiotik kepada pasien umumnya adalah cara pertama yang dilakukan dokter untuk mengobati infeksi saluran kemih (ISK).

Namun, Dr. Santi selaku Health Management Specialist di Corporate HR Kompas Gramedia mengatakan bahwa konsumsi obat antibiotik tanpa resep dokter bisa berpotensi membahayakan pasien dengan infeksi saluran kemih.

Bahkan, pengobatan infeksi saluran kemih yang sembarangan bisa menyebabkan kematian, ketika komplikasi berkembang.

“Komplikasi ISK mencakup kerusakan ginjal, sepsis, jaringan parut di sepanjang saluran kemih, dan sebagianya, bahkan pada kasus parah bisa menyebabkan kematian,” kata Santi kepada Kompas.com pada Kamis (19/6/2025).

Hal itu yang sepertinya terjadi pada Ricard Siagian, seorang diaspora Indonesia yang tinggal di Philadelphia sebagai seniman tato.

Baca juga: Dampak Penggunaan Obat Antibiotik Berulang pada Anak

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Kisah Ricard Siagian yang menderita infeksi saluran kemih di Philadephia

Ricard Siagian adalah diaspora berusia 40-an tahun yang menikmati hidup sebagai seniman tato dan membagikan aktivitasnya di channel Youtube.

Hidupnya berubah sejak menderita infeksi saluran kemih pada 2015 dan meninggal setahun kemudian.

Sebelum meninggal, di channel YouTube milikinya, Ricard sempat membagikan pengalaman berjuang melawan kesakitan dan keterbatasannya.

Beberapa tahun berselang, pada Juni 2025, kisah Ricard menarik Youtuber Ray William Johnson sebagai storyteller untuk menceritakannya di channel Youtube miliknya.

Kemudian, video Ricard viral di kalangan netizen Indonesia beberapa pekan lalu melalui konten TikTok yang ditonton sampai dua jutaan kali.

Masalah kesehatan Ricard yang memburuk dimulai ketika ia tidak memiliki asuransi kesehatan dan memutuskan untuk mengonsumsi antibiotik bosnya yang memiliki riwayat penyakit ISK.

Sesaat, kondisinya membaik. Namun, setelah tiga malam, ia merasakan tubuhnya gemetaran, kaki dan tulang belakangnya tidak beres, dan tubuhnya semakin lemah.

Ia kemudian mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter lagi, yang kali itu dari saudara perempuannya yang bekerja sebagai perawat.

Setelahnya, ia justru mendapati kondisinya lebih buruk. Ia merasakan ginjalnya sudah rusak, otot-ototnya nyeri luar biasa, dan terjadi tinnitus.

Namun, ia tidak menghentikan konsumsi obat antibiotik tanpa resep dokter, karena ia tetap berharap kondisinya berangsur membaik dengan itu.

Sayangnya, setelah saat itu, ia justru tidak bisa mendapatkan tidur normal.

Ia mengalami insomnia selama satu tahun lamanya. Ia hanya mampu tidur selama sekitar 2 jam setiap malamnya.

Kondisi itu dialaminya hingga menghembuskan napas terakhir pada 2016.

Baca juga: Apakah Butuh Obat Antibiotik untuk Mengobati HMPV? Ini Ulasannya...

Apa efek konsumsi antibiotik tanpa resep dokter?

Santi menjelaskan bahwa mengonsumsi obat antibiotik tanpa resep dokter sebenarnya hanya akan memperparah infeksi saluran kemih.

“Memperburuk infeksi, jika jenis antibiotik tidak sesuai dengan bakteri penyebab ISK,” ucapnya.

  • Alergi

Efek selanjutnya yang bisa terjadi adalah alergi.

“Jika orang mengalami alergi terhadap jenis antibiotik tertentu, orang tidak hanya harus menghindari antibiotik tersebut saja, tapi ada beberapa jenis antibiotik yang juga sebaiknya dihindari,” ujarnya.

Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau tidak sesuai dengan anjuran dokter bisa menyebabkan bakteri penyebab penyakit resisten terhadap obat tersebut.

“Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan indikasi, dosis, dan cara minum obat, semakin lama akan memicu timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Ingat yang mengalami resistensi adalah bakterinya,” tegasnya.

Ia mengatakan bahwa resistensi antibiotik bisa membahayakan diri sendiri, karena bakteri resisten sulit disembuhkan.

Kondisi tersebut juga bisa membahayakan orang lain, karena bakteri yang sudah memiliki resistensi terhadap antibiotik bisa dengan mudah menular ke orang lain.

“Resistensi bisa timbul ketika antibiotik yang seharusnya dihabiskan oleh satu orang kemudian dibagi untuk dua orang. Dalam tubuh kedua orang tersebut bisa terbentuk berbagai bakteri yang kebal terhadap antibiotik alias bakteri resisten,” terang Santi.

Baca juga: Apakah Anak Batuk Pilek Butuh Antibiotik? Ini Kata Dokter...

  • Efek samping antibiotik

Penggunaan antibiotik pada beberapa orang, apalagi tanpa resep dokter, berpotensi menyebabkan efek samping.

Efek samping antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi saluran kemih bisa meliputi mual, muntah, diare, sakit kepala, dan pusing.

Kondisi tersebut pada akhirnya juga bisa memicu terjadinya insomnia pada pasien dengan ISK, seperti yang dialami oleh Ricard.

“Insomnia kronis secara tidak langsung bisa menyebabkan kematian dengan memicu berbagai penyakit dan/atau memperburuk penyakit yang telah diderita,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa memiliki penyakit kronis, seperti infeksi saluran kemih, dan insomnia, akan menjadi “lingkaran setan” bagi penderitanya.

“Hal ini akan membuat insomnia bertambah parah baik akibat keluhan-keluhan penyakit yang timbul maupun akibat tekanan mental karena penyakit. Ini akan menjadi lingkaran setan yang semakin menarik penderita ke kematian,” ungkapnya.

Santi kemudian mengungkapkan bahwa mengobati pasien dengan penyakit apa pun merupakan sebuah gabungan ilmu pengetahuan dan seni.

“Setiap orang dengan keluhan yang sama, tidak selalu akan mendapatkan pengobatan yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan menghindari efek yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Ia mencontohkan beberapa jenis antibiotik bersifat asam, maka itu tidak cocok diberikan kepada individu pasien yang sudah memiliki penyakit lambung.

 

Baca juga: Ciri-ciri Resistensi Antibiotik yang Buat Orang Kebal Obat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau