Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan TBC Jangan Dihentikan Sendiri, Ini Dampaknya Menurut Dokter Paru

Kompas.com - 04/07/2025, 21:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Menghentikan pengobatan tanpa arahan dokter bisa menyebabkan TBC menjadi lebih sulit diobati dan berisiko menular kembali.

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang bisa disembuhkan jika pengobatan dijalani sampai tuntas.

Meski efek samping seperti mual atau lemas bisa muncul di awal terapi, pasien tetap harus menyelesaikan pengobatan sesuai jadwal.

Menurut dr. Astuti Setyawati, Sp.P(K), FISR, pengobatan TBC tidak boleh dihentikan sendiri karena risiko jangka panjangnya bisa serius.

“Kalau putus obat tanpa pengawasan, bakteri bisa jadi kebal. Akhirnya butuh obat yang lebih banyak, lebih mahal, dan lebih lama,” kata Astuti dalam talkshow Instagram Kementerian Kesehatan RI, Kamis (6/5/2025).

Baca juga: Pengobatan TBC Harus Tuntas, Ini Risiko Jika Dihentikan di Tengah Jalan

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Risiko jika berhenti obat TBC tanpa izin dokter

Pengobatan TBC berlangsung selama minimal enam bulan dan terdiri dari beberapa kombinasi obat.

Jika dihentikan sepihak sebelum waktunya, pasien tidak hanya berisiko kambuh, tapi juga bisa mengalami resistensi obat.

Beberapa dampak yang bisa terjadi jika pasien menghentikan pengobatan TBC sendiri:

  • Bakteri menjadi kebal terhadap obat lini pertama
  • Waktu pengobatan bertambah panjang (bisa lebih dari 12 bulan)
  • Obat yang digunakan menjadi lebih keras dan mahal
  • Risiko penularan kepada orang lain meningkat
  • Kondisi tubuh pasien kembali memburuk dan lebih sulit pulih

Baca juga: TBC Bisa Menyebar Lewat Batuk, Ini Cara Kerja Imun Tubuh Melawannya

Efek samping bisa diatasi

Astuti menjelaskan bahwa keluhan mual, pusing, atau lemas sering muncul di minggu-minggu awal pengobatan.

Meski mengganggu, efek samping obat TBC ini bisa dikendalikan melalui pendampingan dari petugas kesehatan di Puskesmas atau rumah sakit.

“Kalau ada keluhan, sampaikan ke petugas. Jangan diam atau malah berhenti sendiri. Nanti kita bantu cari solusinya,” ujar Astuti.

Pasien juga dianjurkan tetap menjaga pola makan, minum cukup air, dan istirahat agar tubuh lebih kuat menjalani terapi.

Baca juga: Bakteri TBC Lebih Kuat dari Bakteri Biasa, Ini Alasan Vaksin BCG Tak Cukup untuk Dewasa

Kunci kesembuhan ada pada disiplin pasien

Menurut Astuti, pasien TBC yang menyelesaikan pengobatan dengan baik memiliki peluang sembuh total.

Namun, semua itu hanya bisa dicapai jika terapi dijalani dengan disiplin dan tidak putus di tengah jalan.

Obat TBC itu banyak, dan efeknya memang terasa. Tapi kalau dijalani sesuai aturan, bisa sembuh,” katanya.

Penting juga bagi keluarga dan lingkungan sekitar untuk memberi dukungan agar pasien tetap semangat menjalani terapi hingga selesai.

Pengobatan TBC tidak boleh dihentikan sendiri meski pasien merasa sudah baikan. Tindakan ini justru bisa memperburuk kondisi, membuat bakteri kebal, dan memperpanjang masa pengobatan.

Jika mengalami efek samping, segera konsultasikan ke petugas kesehatan agar terapi bisa tetap dilanjutkan sampai tuntas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau