Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2014, 15:26 WIB

KOMPAS.com — Rendahnya kedisiplinan menjalani diet dan berolahraga membuat orang dengan obesitas gagal mempertahankan berat badan setelah menjalani program penurunan berat badan. Hal itu meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular.

Dokter spesialis gizi klinik, Samuel Oetoro, mengemukakan hal itu saat mempertahankan disertasinya, ”Pengaruh Program Penurunan Berat Badan pada Penyandang Obesitas dengan Weight Cycling Pada Perubahan Komposisi Tubuh, Petanda Sindrom Metabolik, Petanda Inflamasi, dan Stres Oksidatif”, Selasa (8/7), di Jakarta.

Karena rendahnya kedisiplinan, banyak penyandang obesitas gagal mempertahankan berat badan seusai ikut program penurunan berat badan. Itu bisa terjadi berulang kali. Berat badan pasien obesitas turun, lalu naik lagi.

”Kalau berat badan turun, harus dijaga agar tak naik lagi karena risiko penyakit kardiovaskular lebih besar dibandingkan pada mereka yang baru ikut program penurunan berat badan,” kata dia.

Menurut Riset Dasar Kesehatan 2007, prevalensi obesitas pada populasi usia di atas 18 tahun, yakni perempuan 23,8 persen dan laki-laki 13,9 persen. Angka itu naik pada 2010 dan 2013 menjadi 26,9 persen dan 32 persen untuk perempuan serta 16,3 persen dan 19,7 persen untuk pria.

Samuel menjelaskan, program penurunan berat badan selama ini fokus pada penurunan bobot badan, tak memperhatikan komposisi tubuh. Padahal, perlu program diet berbeda antara orang obesitas dengan berat badan fluktuatif dan orang gemuk yang baru ikut program penurunan berat badan. Komposisi tubuh keduanya berbeda dan hasil program diet berbeda. Penurunan massa lemak lebih banyak terjadi pada mereka yang baru ikut program diet.

Ketika berat badan naik, sel lemak membesar dan mengeluarkan zat berbahaya yang mengikis pembuluh darah. Saat dinding pembuluh darah terluka, kolesterol mudah menempel sehingga berisiko kena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.

Ketua tim penguji yang juga dokter spesialis gizi klinik FKUI/ RSCM, Agnes Riyanti Inge Permadhi, mengatakan, riset tentang pasien kegemukan dengan berat badan tak stabil itu jarang. Padahal, banyak orang kegemukan yang berat badannya tak stabil. (ADH/A12)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com