Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak dengan Disabilitas Masih Menghadapi Diskriminasi Pendidikan

Kompas.com - 10/12/2014, 13:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak penyandang disabilitas seharusnya memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain dalam pendidikan. Tapi, diskriminasi dalam bidang pendidikan masih mereka hadapi. Selain kesulitan mengakses pendidikan, masih sedikit pula jumlah guru yang memiliki kapasitas menangani anak-anak tersebut.

Hak anak dengan disabilitas (AdD) untuk mendapat pendidikan yang sama sebenarnya sudah ditegaskan dalam Undang-undang Perlindungan Anak no. 23 tahun 2002. Tetapi, nyatanya masih banyak sekolah yang belum mau menerima AdD.

"Ada seorang guru yang mengatakan semenjak sekolahnya menjadi sekolah inklusi, banyak orang tua yang menarik anaknya keluar dari sekolah. Katanya takut tertular dan memindahkannya ke sekolah lain. Padahal sekolah luar biasa juga jarang ada di pedesaan," kata Wiwied Trisnadi, Project Manager Save the Children dalam acara talkshow Save the Children: Equal Rights Equal Opportunities di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (09/12/14).

Selain itu, menurut Wiwied, kendala lainnya adalah kapasitas guru. Masih banyak guru yang tidak tahu bagaimana cara menangani AdD ini.

Para guru di sekolah inklusi ini seharusnya diberikan informasi mengenai AdD karena mereka sedikit unik dibandingkan anak umum lainnya. Sayangnya, tak ada komunikasi yang terjadi antara orangtua dan guru, sehingga banyak AdD yang dikeluarkan akibat kebiasaan-kebiasaan yang tidak diketahui guru tersebut.

Anak AdD juga rawan mengalami kekerasan, berupa perundungan (bullying), baik secara verbal atau nonverbal. Tak sedikit anak yang mengejek atau bahkan melakukan perbuatan fisik pada AdD sehingga orangtua mereka tidak jadi menyekolahkan AdD ini.

Jumlah sekolah inklusi saat ini menurut Wiwied masih jauh dari harapan. "Sekolah inklusi tersebut menentukan kuota untuk para AdD ini agar mereka bisa bersekolah dan bergabung dengan anak lainnya. Namun, kuota tersebut jarang yang penuh, mengapa ? karena orangtua mereka takut anaknya akan mengalami kekerasan. Apalagi siswa-siswa itu kan tidak dipantau sepanjang waktu oleh guru," ujarnya.

Saat ini telah disediakan dana alokasi untuk anak-anak dengan disabilitas di daerah pedesaan. Harapannya, anak-anak dengan disabilitas tidak kesulitan lagi mendapatkan pendidikan. "Yang paling penting sekolah yang siap menjadi sekolah inklusi adalah komitmen moralnya. Karena sekolah inklusi ini dicampur dan tidak dieklusifkan maka metode belajar, kurikulum, penilaian serta evaluasi semuanya harus disesuaikan dengan kondisi anak," katanya.

Ia menambahkan, meski AdD berbeda, namun hal tersebut tidak perlu diributkan, karena pada dasarnya semua anak unik. "Yang seharusnya kita lakukan adalah menghargai perbedaan tersebut dan memberikan waktu, kesempatan serta hak-hak mereka," jelasnya. (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com