Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infeksi Menular Seksual pada Anak Korban Prostitusi Online

Kompas.com - 02/09/2016, 13:11 WIB

Tim Redaksi

Terungkapnya prostitusi online yang melibatkan anak-anak untuk melayani kaum homoseksual mencengangkan banyak orang.

Percaya tidak percaya, ternyata fakta tersebut merupakan kenyataan. Anak-anak yang harusnya kita lindungi dan kita arahkan menjadi orang baik, ternyata dipekerjakan dengan tidak layak bahkan boleh kita sebut sebagai pelanggaran hak-hak anak untuk hidup layak.

Dari data yang ada, kelompok homoseksual akan mengalami penyakit menular melalui hubungan seksual akan lebih besar. Di Amerika kelompok gay dan biseksual merupakan kelompok tertinggi yang mengalami infeksi HIV AIDS.

Apapun alasannya, mempekerjakan anak-anak untuk menjadi santapan nafsu para hidung belang  tidak bisa diterima dengan akal sehat.

Selain faktor kejiwaan maka risiko penyakit menular akan dialami oleh anak-anak tersebut. Berbagai penyakit infeksi akibat hubungan seksual dapat terjadi.

Penyakit-penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual bukan saja menyebabkan penyakit kelamin, tetapi juga infeksi sistemik akibat tertular melalui hubungan seksual yang terjadi.

Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara lain  penyakit sifilis, herpes genetalis, klamidia,  gonorea (kencing nanah), HIV AIDS, hepatitis virus B atau C.  Jika dalam melayani nafsu bejat pelanggannya melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti anal seks atau oral seks, maka anak-anak tersebut juga berisiko untuk terjadinya kanker anus di kemudian hari.

Jika anak-anak tersebut melakukan oral seks maka juga akan berpotensi terjadinya infeksi herpes simpleks.  Oleh karena memang harus dilakukan pemeriksaan yang intensif pada anak-anak korban tersebut yang meliputi pemeriksaan fisik secara keseluruhan dan juga tentu dilakukan pemeriksaan laboratorium mendeteksi berbagai infeksi akibat hubungan seksual.

Pengalaman klinis saya sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam mendapatkan bahwa pasien dengan HIV terjadi pada semua kalangan. Penyakit ini bisa mengenai semua profesi,  ibu rumah tangga  (IRT) yang tidak gonti-ganti pasanganpun menderita HIV karena mungkin tertular dari suaminya yang suka “jajan” di luar.  

Seorang ibu muda baik-baik yang akan menikah  ternyata telah menderita HIV kemungkinan tertular dari mantan pacarnya yang menderita narkoba dan sebelumnya pernah berhubungan seks bergonta-ganti pasangan.  

Pasien-pasien yang menderita HIV AIDS di usia muda ternyata mempunyai riwayat pernah berhubungan seksual di usia remaja. Semakin banyak pasangan hubungan seksual semakin luas virus tersebut menyebar.

Dari sudut agama jelas bahwa hubungan seks di luar pernikahan resmi merupakan zinah dan amal ibadahnya tidak diterima selama 40 tahun. Dari sudut kesehatan  gonta-ganti pasangan berisiko penyakit, kelompok penyakit akibat gonta-ganti pasangan ini dimasukan sebagai sexually transmitted disease (STD).

Untuk para wanita, gonta-ganti pasangan juga berisiko terjadinya kanker mulut rahim. Sedangkan untuk laki-laki akan menambah risiko untuk menderita kanker prostat di kemudian hari.

Penyakit hepatitis B dan C yang juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan penciutan hati, dan selanjutnya menyebabkan kanker hati. Hubungan  seksual secara anal juga pada akhirnya akan berakhir menyebabkan kanker.

Untuk para pelaku baik pemakai jasa anak dan remaja dan para mucikari harus diusut tuntas dan hukum yang seadil-adilnya harus ditegakkan untuk mencegah agar kejadian ini tidak berulang demi masa depan kita serta anak dan remaja Indonesia.

Salam sehat,
Dr.Ari Fahrial Syam

@dokterari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com