Kompas.com - Anak-anak yang menderita diabetes tipe dua tidak membutuhkan suntikan insulin. Mereka cukup diterapi dengan obat-obatan untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Dokter juga mendorong mereka untuk lebih aktif secara fisik.
Demikian panduan terbaru dalam tata laksana diabetes pada anak yang dikeluarkan para ahli dari American Diabetes Association, Pediatric Endocrine Society, American Academy of Family Physicians dan Academy of Nutrition and Dietetics.
Panduan tersebut dikeluarkan karena lonjakan tajam jumlah anak yang menderita diabetes melitus. Obesitas diduga merupakan penyebab utama penyakit yang sebenarnya lebih banyak diderita orang berusia lanjut ini.
Anak-anak pada umumnya lebih banyak menderita diabetes tipe 1, suatu kondisi dimana tubuh gagal memproduksi insulin, sel yang dibutuhkan untuk memproses glukosa dalam darah.
Menurut Dr.Janet Silverstein dari American Academy of Pediatrics, banyak dokter yang tidak terlatih untuk menata laksana diabetes tipe dua pada anak. "Ini adalah penyakit orang dewasa tetapi karena semakin banyak anak obesitas, kini banyak penyakit orang dewasa yang sudah diderita anak-anak," katanya.
Para pakar juga merekomendasikan agar seluruh anak obesitas diskrining untuk mengetahui kadar gula darahnya. Kemudian ditentukan diabetes apa yang mereka derita.
Panduan yang dikeluarkan khusus untuk anak berusia 10-18 tahun ini merupakan yang pertama kali. Selain soal pengobatan, para pakar juga menekankan pentingnya aktivitas fisik untuk anak-anak. Mereka diminta bergerak aktif dua jam setiap hari, di luar jam sekolah.
Sementara itu anak yang menderita diabetes tipe 1 tetap membutuhkan insulin untuk mengatur kadar gula darahnya. Jika dokter tidak yakin jenis diabetes yang diderita pasiennya, mereka disarankankan melakukan terapi insulin selama beberapa waktu sampai diagnosis bisa ditegakkan.
Meski saat ini tersedia obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah, panduan itu juga menekankan pada pentingnya perubahan pola makan dan olahraga untuk mencegah terjadinya diabetes.
Dokter anak disarankan untuk mendorong pasiennya yang obesitas mulai menurunkan berat badannya dan berolahraga secara teratur.
Penelitian menunjukkan perubahan diet dan aktivitas fisik pada pasien dewasa berhasil membuat mereka lepas dari obat-obatan. Selain itu pada mereka yang beresiko tinggi, risikonya bisa ditekan sampai 50 persen dibandingkan dengan orang yang tidak mau mengubah gaya hidupnya. Hal yang sama diharapkan juga terjadi pada anak-anak. Upaya pencegahan sangat bermakna dibanding dengan jika penyakitnya sudah terlanjur ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.