Namun suplementasi zat besi tidak berarti perlu diberikan pada semua anak. Ada faktor-faktor tertentu yang menentukan pemberian suplemen tersebut pada anak.
Menurut dr.Klara Yuliarti Sp.A dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, bayi berusia di bawah enam bulan tidak perlu diberikan suplemen zat besi.
Klara mengatakan, di usia kurang dari enam bulan seharusnya masih mendapatkan asi susu ibu (ASI) ekskulsif sehingga tidak perlu ditambah suplementasi apapun. "ASI saja sudah cukup memenuhi kebutuhan zat besinya," tutur Klara saat ditemui pekan lalu di Jakarta.
Sementara selepas usia ASI eksklusif, lanjut Klara, jika kesehatan bayi secara umum baik, suplementasi juga belum diperlukan. Makanan pendamping ASI (MPASI) yang bervariasi merupakan cara untuk mencukupi kebutuhan zat besi bayi.
"Pilihlah MPASI yang mengandung cukup zat besi seperti hati ayam atau daging merah yang dilumatkan," kata Klara.
Pemberian suplementasi baru diperlukan apabila anak benar-benar kekurangan zat besi. Namun sebelumnya perlu dilakukan diagnosa penyebab anak kekurangan zat besi, lantaran ada banyak faktor yang berpengaruh. Faktor-fakor kekurangan zat besi pada antara lain berat badan lahir rendah, kurangnya konsumsi makanan bergizi atau menderita penyakit kronis seperti tuberkulosis.
"Diagnosa diperlukan untuk menentukan keadaan anak yang mempengaruhi aturan pemberian suplementasi. Jika ada penyakit, perlakuannya bisa berbeda," tandasnya.
Pemeriksaan laboratorium juga bisa menunjukkan secara akurat apakah seorang anak kekurangan zat besi atau tidak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.