Hal serupa terjadi pada kanker pankreas, yang relatif jarang diderita warga dunia. Namun, dua sosok ternama menyerah karena penyakit ini. Mereka adalah Steve Jobs, pemilik perangkat teknologi Apple, dan ahli forensik terkemuka Indonesia dr Mun’im Idris SpKF.
Steve Jobs bertahan selama kurang lebih dua tahun sejak melakukan transplantasi hati sebagai langkah pengobatan terakhir. Sementara Mun’im hanya bertahan tiga hari setelah dilakukan operasi, dan meninggal pada 27/10/2013.
Menurut onkolog RS Dharmais, Jakarta, dr Ronald Hukom SpPD, K-HOM, kanker pankreas memang sangat ganas.
“Kesempatan hidup lima tahun penderita kanker pankreas kurang dari 20 persen, walau baru di stadium 1. Hal ini dikarenakan ganasnya sel kanker yang tumbuh di area tersebut,” jelasnya saat ditemui Kompas Health di Jakarta, Selasa (9/9/2013).
Keganasan kanker pankreas didukung lokasi organ yang sulit dijangkau. Ronald menjelaskan, pankreas berada pada sistem perncernaan bagian bawah di belakang lambung. Lokasi tersembunyi ini menyebabkan sulitnya mengangkat sel kanker pada pankreas, berbeda dengan payudara atau usus besar. Kondisi ini pula yang menyebabkan kanker pankreas relatif lebih mudah kambuh.
Lokasi pankreas yang ngumpet ini juga menyebabkan gejala yang timbul relatif lebih lambat. Biasanya penderita mulai merasa tidak nyaman bila perut terasa sakit yang menyebar sampai punggung, atau kulit tampak kekuningan (jaundice). Padahal dua gejala tersebut menandakan kanker sudah masuk stadium lanjut.
Kekuningan merupakan tanda sel kanker berhasil menghalangi saluran pada organ hati. Akibatnya bilirubin, yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah yang sudah tua, tidak bisa masuk ke dalam hati. Kondisi inilah yang menyebabkan kulit penderita tampak kekuningan di beberapa lokasi.
Ganasnya serangan kanker pankreas menyebabkan pilihan pengobatan yang tersedia tidak banyak. Ronald menjelaskan, penderita kanker pankreas harus menjalani operasi dan kemoterapi untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
“Kemoterapi diambil untuk memperkuat efek operasi yang dijalankan. Untuk kemoterapi biasanya penderita mengkonsumsi obat jenis gemsitabin. Namun keduanya juga tidak banyak memberi kesempatan hidup bagi penderitanya rata-rata hanya dua tahun,” kata Ronald.
Keganasan kanker pankreas seolah tak memberi banyak jalan. Dengan minimnya pengobatan yang tersedia, langkah utamanya adalah mencegah terjadinya kanker. Ronald menyarankan untuk tidak merokok, menjaga berat badan, dan menjaga keseimbangan nutrisi sebagai langkah preventif utama.
Rokok, jelas Ronald, menjadi faktor penyebab terbesar kanker pankreas. Hal ini berlaku hampir sama untuk semua jenis kanker. Semua jenis racun dalam rokok akan terbawa dalam aliran darah. Racun inilah yang kemudian memicu pertumbuhan sel tidak wajar pada pankreas, yang menjadi awal kanker.
Langkah preventif selanjutnya adalah menjaga berat badan, dengan memperhatikan keseimbangan nutrisi. Hal ini sekaligus menjaga produksi insulin yang dihasilkan pankreas. Bila kadar gula yang masuk terlampau tinggi, maka insulin harus diproduksi lebih banyak.
Produksi insulin yang terus meningkat akan menyebabkan ketidakseimbangan sel dalam pankreas. Kondisi inilah yang kemudian memicu pertumbuhan kanker. Jika terus berlanjut maka insulin tidak bisa lagi mengubah gula menjadi energi, dan terjadilah penyakit diabetes.
“Karena itulah diabetes menjadi faktor risiko terbesar pada kanker pankreas, selain penderita liver. Sedapat mungkin janganlah merokok dan seimbangkan asupan nutrisi. Keduanya menjadi kartu penting pencegahan kanker pankreas,” kata Ronald.
Terkait adanya kemungkinan diturunkan dalam keluarga, Ronald tak menampik adanya kemungkinan ini. Namun peluang tersebut sangat kecil tak sampai 10 persen. Hal ini dikarenakan belum ditemukannya gen pasti penyebab kanker pankreas, seperti halnya kanker payudara.
“Peluang kanker pankreas terbesar tetap pada perokok. Sepanjang menghindari rokok, kanker bisa dicegah. Hal sama berlaku pada perempuan ataupun laki-laki,” kata Ronald.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.