Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2014, 16:15 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber HEALTHDAY


KOMPAS.com - Bila bayi menangis dengan frekuensi yang lebih sering dari bayi-bayi lainnya, orangtua sebaiknya perlu lebih waspada, terlebih jika bayi tersebut merupakan bayi prematur. Pasalnya sebuah studi baru menemukan, bayi prematur yang menangis lebih banyak cenderung untuk mengalami permasalahan perilaku di usia prasekolah.

Para pakar berpendapat, alasan temuan ini belum pasti. Namun "intervensi" dalam menghentikan tangis bayi mungkin bisa menjadi pencegahan terjadinya hal tersebut.

Andrew Adesman, kepala kedokteran anak perkembangan dan perilaku di Steven & Alexandra Cohen Children's Medical Center di New Hyde Park mengatakan, orangtua dan dokter anak perlu memberi perhatian lebih pada tangis bayi yang berlebihan.

Baca juga: Anggota TNI Terduga Penembak Polisi di Way Kanan Serahkan Diri dan Ditahan

"Namun bukan berarti hal itu menjadikan bayi pasti akan berperilaku lebih baik di kemudian hari," ujar Adesman yang tidak terlibat dalam studi.

Dalam studi ini, pakar rehabilitasi medis Rikka Korja dan timnya dari Turku University Hospital di Finlandia melakukan analisa pada 180 bayi prematur yang dilahirkan di rumah sakit tersebut. Bayi-bayi tersebut lahir dengan berat badan rendah yaitu kurang dari 1.500 gram.

Orangtua bayi diminta membuat catatan harian seberapa sering dan lama bayi menangis setiap harinya. Kemudian, saat bayi berusia tiga atau empat tahun, mereka kembali ditanya soal kelakuan anak mereka yang negatif, seperti membangkang dan sulit bergaul dengan teman-temannya.

Baca juga: Warganet Temukan Catatan Belanda Anggap Orang Indonesia sebagai Bangsa Barat, Apa Kata Ahli?

Secara keseluruhan, studi yang publikasi dalam jurnal Pediatrics tersebut menemukan, semakin sering bayi menangis setiap harinya, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengalami gangguan perilaku di usia prasekolah. Hubungan ini khususnya kuat ketika para peneliti fokus terhadap tangisan bayi pada usia lima bulan.

Para peneliti mengatakan, di usia lima bulan, bayi dalam studi ini menangis lebih banyak, rata-rata selama lebih dari satu jam per har harinya. Dan ketika seorang bayi lebih banyak menangis di usia ini, risiko untuk mengalami gangguan perilaku di usia prasekolah lebih tinggi.

Namun kebanyakan pakar berpendapat, tangis yang sering dan panjang saat bayi tidak berarti menyebabkan gangguan perilaku di kemudian hari. "Kebanyakan anak di studi ini menangis dalam frekuensi yang normal," ujar Katherine Steingass dari Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio, yang tidak terlibat dalam studi.

Sementara itu, menurut peneliti studi, adanya hubungan antara frekuensi dan lama menangis saat bayi dengan gangguan perilaku di kemudian hari mungkin disebabkan oleh kesulitan pengontrolan diri. Dan ketika bayi beranjak besar, mereka masih sulit untuk melakukan hal itu terhadap dirinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau