Dokter spesialis anak, Esther H Situmeang mengatakan banyak faktor yang menyebabkan bayi lahir prematur. Faktor terbesar ternyata berasal dari sang ibu itu sendiri.
Ibu tidak sehat
Kondisi kesehatan ibu yang kurang baik sangat mempengaruhi kondisi janin. Misalnya, ibu mengalami preeklamsi yaitu hipertensi pada kehamilan, dan eklamsi atau kehamilan disertai kejang dan hipertensi berat. Ibu hamil yang menderita penyakit diabetes juga berpotensi melahirkan bayi prematur. Tak hanya itu, adanya masalah kesehatan pada alat reproduksi juga berisiko melahirkan bayi prematur.
Merokok
Kelahiran bayi prematur juga bisa disebabkan oleh gaya hidup si ibu yang tidak sehat seperti merokok, minum-minuman keras, dan konsumsi obat terlarang. Ibu yang tidak merokok juga sebaiknya menghindar jadi perokok pasif atau menghisap asap rokok dari perokok. Sebab, zat nikotin pada rokok bisa mengurangi oksigen yang diterima bayi dan membuat pertumbuhan terhambat.
Riwayat kehamilan
Selain itu, riwayat kehamilan pada sang ibu juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Misalnya, pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, pernah keguguran, dan melakukan aborsi.
Kondisi janin
Faktor lain yaitu karena kondisi janin. Diantaranya, pertumbuhan janin terhambat, infeksi dalam kandungan, dan simpul tali pusat yang bisa menghambat pertumbuhan bayi. Janin pun harus diberi gizi yang cukup agar tak lahir prematur. Dalam hal ini, para ibu harus rajin kontrol ke dokter kandungan.
Kondisi psikologi
Kondisi psikologi ibu hamil juga bisa mempengaruhi. Jika sering merasa cemas, stres, hingga depresi, calon ibu juga berisiko melahirkan bayi prematur.
"Faktor lainnya karena ibu yang hamil di usia muda," kata Esther saat ditemui di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (10/9/2014).
Anda perlu memperhatikan sejumlah faktor tersebut untuk mencegah kelahiran bayi yang lahir prematur. Ukuran bayi prematur bisa sangat kecil yaitu di bawah 1 kg. Semakin cepat bayi lahir sebelum waktunya, maka risiko masalah kesehatannya makin tinggi.
Bayi yang lahir prematur juga bisa diprediksi sejak dini. Misalnya, pada anak pertama si ibu pernah melahirkan bayi prematur, maka kelahiran anak kedua pun memiliki potensi yang sama.
“Kalau dari awal sudah tahu risiko melahirkan bayi prematur tinggi maka kontrol harus lebih ketat,” ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Herman Trisdiantono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.