GN, TKI asal Kediri ini menjadi suspect ebola karena sakit demam sepulang dari negara Liberia yang endemis. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Subuh menceritakan, sejak 6 hari sebelum kepulangan dari Liberia, sebanyak 28 TKI termasuk GN telah menjalani karantina di Liberia.
Setibanya di Jakarta pada 26 Oktober 2014, mereka juga langsung menjalani karantina selama 1 hari. Kemudian, selama 7 hari kondisi kesehatan mereka terus diawasi. Mereka juga sudah diperbolehkan pulang ke kampung halaman masing-masing.
“Setelah sampai di Kediri, dilaksanakan pengamatan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Bendo. Sampai saat ini pengamatan sudah dilaksanakan 11 hari dari rencana pengamatan selama 21 hari," ujar Subuh dalam pernyataan pers yang diterima wartawan, Sabtu (1/11/2014) malam.
Namun, pada 28 Oktober 2014, GN merasa nyeri saat menelan. Saat itu kondisi keluarga GN sedang batuk dan demam. GN kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas Bendo, Kecamatan Kediri pada 30 Oktober 2014. GN mengalami deman dengan suhu tubuh mencapai 38,6° C, nyeri saat menelan, nyeri sendi, dan batuk.
GN akhirnya langsung dirujuk ke RS Umum Pare dengan diagnosis Acute Febrile Illness (demam) dan lebih dicurigai Paryngitis Acute. Namun, mengingat GN baru saja pulang dari daerah endemis Ebola, pihak RS pun memutuskan untuk merawatnya di ruang isolasi.
Kondisi membaik
Subuh melaporkan, kondisi terakhir GN kini terus membaik. Suhu tubuh GN sebelumnya sempat mencapai 38,6° C. Kondisi itu juga tidak diikuti gejala klinis lainnya, seperti pendarahan, anorexia dan muntah.
“Sabtu pagi (1/11), suhu tubuh pasien menjadi 37,3° C dan sudah tidak ada keluhan termasuk nyeri telan," terang Subuh.
Meski demikian, Kementerian Kesehatan tetap meminta pihak rumah sakit meningkatkan universal precaution untuk mencegah penularan terhadap tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan juga telah mengambil spesimen darah GN dan sedang dikirim ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.