Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/12/2014, 11:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Musim hujan yang kini hampir melanda seluruh wilayah Indonesia tak hanya menyebabkan banjir, namun juga penyakit. Salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti yang senang hidup di tempat-tempat yang tergenang air.

Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes tahun 2013, DKI Jakarta menempati posisi kedua sebagai daerah dengan angka penderita DBD terbesar di Indonesia. Wilayah Jakarta Selatan yang termasuk kawasan elit menjadi penyumbang terbesar kasus DBD se-Jakarta.

Sebenarnya penyakit DBD ini bisa dicegah oleh masyarakat sendiri. Namun, seringkali masyarakat lupa atau bahkan tidak peduli untuk membersihkan tempat-tempat yang dijadikan sarang nyamuk untuk berkembang.

Untuk itu, Kemenkes bersama Pocari Sweat meningkatkan kembali peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sebagai upaya pencegahan DBD. Salah satunya dilakukan di Kecamatan Pasar Minggu dengan merekrut 80 kader dari para ibu PKK dan posyandu.

“Melalui program pemberdayaan masyarakat ini diharapkan para ibu dapat berperan untuk menggerakkan, memotivasi, mendorong, dan mengedukasi masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan memantau jentik nyamuk di lingkungannya,” kata Theresia Irawati, Kepala Suku Bidang Kemitraan Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes, di Jakarta (22/12/14).

Salah satu koordinator jumantik di Pejaten Barat, Neneng Zakiyah, mengatakan sejak peran jumantik ditingkatkan, kasus penyakit DBD di wilayahnya bisa ditekan.

“Jumlahnya terus menurun. Pada bulan September lalu paling banyak hanya ada 2 yang kena DBD di satu RT. Tapi bulan Oktober sampai Desember ini Alhamdulillah belum ada yang kena. Soalnya yang rumahnya ada banyak jentiknya langsung kita ingetin," katanya.

Pemantauan jentik ini dilakukan secara rutin minimal seminggu sekali oleh para kader dan langsung turun ke lapangan. Setiap wilayah kelurahan mempunyai koordinator yang nantinya akan melaporkan hasil pantauan dan analisis mereka kepada pihak puskesmas kecamatan.  (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau