Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2015, 13:15 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

KOMPAS.com - Tindakan pembedahan menjadi salah satu perawatan yang dilakukan bagi pasien kanker ovarium. Yang bisa diikuti dengan kemoterapi ataupun radiasi, tergantung pada stadium kankernya. 

"Pembedahan dilakukan dengan mengangkat kankernya sampai bersih dan tidak ada sisa. Tetapi pada mereka yang berusia muda, kami akan coba untuk pertahankan rahim serta indung telurnya," ujar Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K). 

Usia memang menjadi salah satu faktor risiko untuk kanker ovarium. Kanker ini kerap dijumpai adalah usia pre menopause dan mencapai puncaknya di usia 65-75 tahun. "Akan tetapi, di Indonesia, mereka yang mengalami kanker ovarium paling banyak berusia 40-50 tahun," terang Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI). Bahkan, meski terbilang jarang, ia pernah mendapatkan pasien yang berusia 15 tahun. 

Untuk anak yang terkena kanker ovarium di berusia belia ini, sedapat mungkin Prof. Andrijono berupaya mempertahankan rahim dan indung telurnya. Beruntung, saat dilakukan operasi, kondisi belia memungkinkan untuk hal itu. 

Pada pasien kanker ovarium yang dijumpai saat mencapai stadium 1, pembedahan dilakukan untuk mengangkat sel tumor. Di stadium 2, karena sel kanker telah menyebar ke daerah sekitar panggul, selain pembedahan, kadangkala kemoterapi juga harus dijalani. 

Pada stadium 3, selain pembedahan, dilakukan pula kemoterapi dan radiasi. Sementara di stadium 4, terapi yang dilakukan adalah pembedahan, kemoterapi, radiasi, dan terapi tepat sasaran. 

Tindakan pembedahan pada stadium lanjut, ditambahkan Prof. Andrijono, dilakukan secara debulking atau mengambil sebanyak mungkin bagian tumor. Termasuk dilakukan proses surgical staging (di stadium awal) yang relatif lebih bersih dengan prognosis (perkiraan perjalanan penyakit) yang lebih baik. 

Sementara itu, bagi pasien kanker yang ingin menggunakan obat herbal, ada satu petunjuk yang diberikan oleh Prof. Andrijono. Pengobatan kanker, menurutnya, harus menggunakan standar internasional yang tentunya sudah dibuktikan dengan sejumlah penelitian.

"Kalau ingin menggunakan obat herbal, pastikan obat utama yang diberikan oleh dokter tidak ditinggalkan," tegas Prof. Andrijono. Akan lebih baik, jika ingin melakukan pengobatan herbal tersebut, atas sepengetahuan dan sudah dikonsultasikan terlebih dulu dengan dokter yang merawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau