Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2015, 09:00 WIB


KOMPAS.com
-Kanker pada anak memiliki peluang sembuh lebih besar dibandingkan dengan kanker pada orang dewasa. Deteksi sejak dini tentang tanda awal kanker dan kepatuhan pada pengobatan menjadi kunci keberhasilan terapi kanker pada anak. Untuk itu, akses pasien terhadap layanan kesehatan perlu ditingkatkan.

Demikian benang merah diskusi bertema "Survivor Speak Up!! Childhood Cancer Myths", yang diprakarsai Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Cancer Buster Community, Sabtu (27/6), di Jakarta.

Ketua YOAI Rahmi Adi Putra Tahir mengatakan, banyak mitos seputar kanker pada anak di kalangan masyarakat. Mitos-mitos itu antara lain kanker pada anak menular, anak penyintas kanker bisa menularkan penyakitnya, kanker pada anak sulit disembuhkan, penyintas kanker pada anak tak berprestasi, berusia pendek, dan tak bisa memiliki keturunan.

"Orangtua yang anaknya terkena kanker harus diberi pemahaman informasi yang benar tentang kanker. Mereka juga perlu diyakinkan bahwa kanker pada anak bisa diobati dan diupayakan sembuh jika ditemukan lebih dini," tutur Rahmi.

Mitos-mitos yang beredar di kalangan masyarakat terkait kanker anak, lanjut Rahmi, karena ketidaktahuan orangtua terhadap fakta tentang kanker anak. Namun, diakui, sulit untuk meyakinkan orangtua bahwa kanker pada anak bisa diobati, bahkan pulih jika dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, hal terpenting bagi orangtua ialah mengenali gejala awal kanker pada anak.

Maka dari itu, YOAI terus mengadakan pertemuan secara berkala dengan para orangtua dari anak yang baru divonis terkena kanker di beberapa rumah sakit di wilayah DKI Jakarta. Beberapa rumah sakit itu antara lain RS Kanker Dharmais, Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, dan RS Umum Pusat Fatmawati.

Penyintas kanker pada anak, Alvita Dewi Siswoyo, menyatakan, ia berhasil melalui dua fase terkena kanker, yakni retinoblastoma (kanker mata) saat usia satu tahun dan primitive neuroectodermal tumor (PNET), sejenis kanker tulang, saat berusia 16 tahun. Setelah berhasil pulih dari dua kanker itu, ia memiliki prestasi cemerlang dan berhasil menuntaskan program studi spesialis kedokteran nuklir.

Peluang sembuh

Dokter spesialis anak di RS Kanker Dharmais, Mururul Aisyi, memaparkan, kanker pada anak berpeluang sembuh lebih besar dibandingkan dengan kanker pada orang dewasa. Di luar negeri, tingkat ketahanan (survival) hingga usia 5 tahun pada penyintas kanker anak mencapai 80-85 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan angka ketahanan penyintas kanker pada orang dewasa yang hanya sekitar 60 persen.

Hal itu karena tingkat kekacauan sel pada kanker anak lebih rendah dibandingkan dengan kanker pada dewasa. Salah satu penyebabnya adalah sel kanker pada orang dewasa telah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, termasuk terpapar polusi.

Menurut Aisyi, kanker pada anak terbagi dua, yakni kanker cair dan padat. Kanker cair adalah leukemia yang kasusnya hampir 50 persen dari total kanker pada anak. Adapun kanker padat ada beberapa jenis, yakni retinoblastoma, limfoma, dan kanker tulang. "Tanda-tanda awal kanker padat harus dikenali sejak dini. Benjolan tak normal di tubuh harus dicurigai sebagai kanker," ujarnya.

Dari sisi usia, setiap kanker pada anak memiliki waktu kemunculannya tersendiri. Leukemia umumnya muncul pada anak berusia 2-10 tahun, retinoblastoma kebanyakan melanda anak di usia bawah lima tahun (balita), kanker tulang biasanya terjadi pada anak usia 10-15 tahun, dan tumor otak menyerang anak berumur 5-10 tahun.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kasus kanker pada anak di dunia mencapai 110-130 kasus per 1 juta anak setahun. Adapun International Agency for Research on Center mencatat, 1 dari 600 anak berusia di bawah 16 tahun di dunia menderita kanker.

Sekitar 80 persen dari total jumlah anak yang didiagnosis terkena kanker hidup di negara berkembang, yang akses terhadap layanan kesehatan belum maksimal. Akibatnya, banyak kasus kanker pada anak terlambat dideteksi sehingga diobati pada stadium lanjut. (ADH)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau