Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2016, 11:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Walau kita sudah mengatur pola makan dan rutin olahraga, tetap saja berat badan tak turun-turun. Memang pada awalnya berat badan bisa diturunkan, tapi tak lama naik kembali atau disebut juga yoyo.

Menurut dr.Grace Judio-Kahl, MSc, ada banyak hal yang membuat berat badan seperti yoyo, misalnya saja ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, faktor hormon, protein dalam tubuh, atau kesalahan dalam diet.

"Faktor-faktor tersebut juga berkontribusi terhadap lapar mata atau kecenderungan emotional eater alias makan bukan karena lapar, tapi faktor emosional seperti stres, bosan, atau sedih," kata Grace.

Ia mengungkapkan, untuk menurunkan berat badan pada prinsipnya adalah keseimbangan antara kalori yang masuk dan keluar. "Kalau kalori yang masuk lebih kecil dari yang keluar, pasti berat badan akan turun," kata konsultan berat badan dari Klinik LightHOUSE ini.

Diet ketat yang terlalu membatasi asupan makanan juga dalam jangka panjang tidak efektif. Menurut Grace, ini karena tubuh mengira kita sedang kelaparan sehingga metabolisme menjadi lambat dan penyimpanan lemak bertambah.

Rata-rata kebutuhan kalori orang Indonesia adalah 1600-2000 kkal/hari, yang dibagi dalam tiga kali waktu makan dan dua kali camilan.

"Snacking adalah jebakan berbahaya yang sering tidak disadari pasien. Sudah menghindari karbohidrat, tapi snack-nya tinggi kalori seperti keripik, mi instan, dan gorengan, yang berpotensi menaikkan berat badan," ujarnya.

Kita juga harus berhati-hati terhadap gula, tepung, dan minyak. Kalau pun mengonsumsi bahan makanan ini, maka harus diimbangi dengan banyak gerak.

Ditambahkan oleh psikolog Tara de Thouars, agar berhasil menurunkan berat badan diperlukan perubahan perilaku atau mindset, dan juga menguatkan kontrol diri.

"Kalau enggak ada kontrol diri akibatnya jadi lapar mata dan binge eating atau makan berlebihan," ujar Tara.

Dengan kontrol diri yang baik, kita bisa lebih konsisten pada tujuan penurunan berat badan dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan.

Grace menjelaskan, program penurunan berat badan memang harus komperhensif dengan bantuan dokter karena sebagian besar orang tidak berhasil melakukannya sendiri.

"Mengurangi makanan adalah masalah yang paling berat untuk dijalankan, karena itu dibutuhkan pendampingan dari dokter," katanya.

Pada program yang komperhensif, dokter akan membantu dari sisi obat dan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien sehingga efek samping bisa ditekan.

Selain itu, pasien juga akan dibantu untuk mengetahui akar masalah dari obesitas dan pengetahuan memilih nutrisi yang sehat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau