Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2016, 10:50 WIB

KOMPAS.com - Maraknya peredaran obat ilegal dan obat palsu merupakan ancaman bagi kesehatan. Dampak obat tersebut beragam, tergantung kandungan, komposisi, kondisi obat, serta penyakit yang diderita konsumen.

”Obat ilegal berpotensi tidak aman, juga palsu, karena tak ada penilaian obyektif dan ilmiah dari ahli atau lembaga kompeten. Kemanjuran dan keamanannya pun tak terjamin,” kata Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinis Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati yang dihubungi dari Jakarta, Senin (8/8).

Obat ilegal adalah obat yang tak terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), termasuk obat palsu. Adapun obat palsu ialah obat yang diproduksi atau dikemas orang atau badan usaha yang tak berhak.

Dampak obat ilegal bagi kesehatan beragam. Itu tergantung kandungan, komposisi dan kondisi obat, serta penyakit yang diderita konsumen.

Bagi pasien yang perlu pengobatan segera atau penderita penyakit kronis, seperti penyakit jantung, mengonsumsi obat palsu yang tak ada zat aktifnya, misal berisi tepung saja, sama dengan tak minum obat. Itu bisa membuat penyakit yang diderita kian parah, menimbulkan komplikasi, hingga memicu kematian.

”Pasien rugi karena membeli obat yang tak berkhasiat dan justru menambah keparahan penyakit hingga meningkatkan biaya perawatan,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Ikatan Apoteker Indonesia Noffendri menambahkan, apa pun jenis obatnya, ilegal atau palsu, konsumen yang mendapat obat tak sesuai kebutuhan dan ketentuan mengalami gangguan fungsi hati dan ginjal. Dua organ itu berfungsi mengolah obat di tubuh.

Hati akan mengubah zat yang bersifat racun agar menjadi tak beracun bagi tubuh. Jika hati rusak, sifat racun zat itu tak bisa dinetralkan. Sementara ginjal bekerja layaknya penyaring. Jika kerja ginjal terganggu dan menyebabkan gagal berfungsi, kotoran tak akan tersaring dan menyebar ke sirkulasi darah hingga butuh cuci darah secara rutin.

”Jika kesemrawutan distribusi obat dibiarkan, beban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang mengelola Jaminan Kesehatan Nasional akan bengkak,” ujarnya.

Berbagai kondisi itu membuat derajat kesehatan warga yang diinginkan pemerintah sulit tercapai. ”Bahkan, derajat kesehatan masyarakat bisa turun karena terpapar obat ilegal dan palsu terus-menerus,” kata Zullies.

Berita selengkapnya bisa dibacadi harian Kompas edisi 9 Agustus 2016, di halaman 1 dengan judul "Kesehatan Bangsa Tak Terlindungi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau