Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisakah Anak-anak Menjadi Psikopat?

KOMPAS.com - Istilah psikopat seringkali dikaitkan dengan pembunuh berdarah dingin yang tega menghabisi nyawa seseorang dengan keji tanpa ada rasa penyesalan.

Psikopat memang biasanya tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka juga cenderung tidak memiliki rasa belas kasihan.

Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang melakukan tindakan kriminal tanpa penyesalan dan rasa bersalah.

Definisi psikopat

Menurut laman Very Well Family, psikopat merupakan gangguan kesehatan mental di mana penderitanya memiliki karakteristik dan perilaku tidak berperasaan, tidak memiliki kepedulian dan cenderung manipulatif.

Psikopat adalah gangguan mental serius yang mencerminkan adanya defisit dalam keterampilan sosial dan bisa menyebabkan penderitanya melakukan hal berbahaya.

Meski dalam film seorang psikopat seringkali digambarkan sebagai pembunuh berbahaya, tidak semua psikopat akan menjadi seorang pembunuh.

Lalu, bisakah anak-anak menjadi seorang psikopat?

Profesor ahli jiwa, Stephen Scott dari Institute of Psychiatry, Inggris, mengatakan bahwa istilah psikopat tidak bisa disematkan pada anak-anak.

Seseorang baru bisa dinyatakan menderita psikopat ketika dia sudah berusia dewasa. Akan tetapi, ciri-ciri seseorang yang akan tumbuh menjadi psikopat bisa diketahui sejak masih dalam usia anak-anak.

"Sekitar 5 persen anak-anak memiliki peirlaku antisosial yang parah, dan sekitar seperlima dari mereka tidak bisa memiliki perasaan dan emosi," ucap Scott, dilansir dari Business Insider.

Menurut Scott, seorang anak yang tidak memiliki perasaan dan emosi bisa menjadi tanda awal gejala psikopat.

Selain itu, gejala-gejala psikopat yang ditunjukan oleh anak-anak bisa berupa hal berikut:

  • Suka berbohong
  • Sombong
  • Manipulatif
  • Tidak memiliki emosi dan rasa belas kasih
  • Impulsif
  • Mencari Sensasi
  • Tidak memiliki tangung jawab

Menurut Scott, faktor genetik bisa membuat seseorang menjadi psikopat. Selain itu, faktor lingkungan bisa menjadi penyebab seseorang menjadi psikopat.

"Sekitar 30 persen kasus psikopat terjadi karena faktor genetik. Namun, sisanya disebabkan oleh pola asuh yang terlalu keras," tambah Scott.

Seorang anak yang mengalami kekerasan berisiko besar tumbuh sebagai seorang psikopat. Ikatan yang buruk dengan orangtua juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab anak tumbuh sebagai psikopat.

Riset menunjukan bahwa psikopat pria kemungkinan besar menjadi korban pada usia anak-anak.

Di sisi lain, psikopat wanita lebih cenderung berasal dari latar belakang yang disfungsional, seperti pola asuh yang tidak stabil dalam keluarga.

Kabar baiknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mencegah sang anak menjadi psikopat di usia dewasa.

"Gangguan psikopat adalah kondisi psikologis dan ada perawatan khusus untuk mengatasi hal ini pada anak-anak," ucap dia.

Pada dasarnya, anak-anak yang menunjukan ciri-ciri psikopat memerlukan perawatan khusus. Mereka tidak bisa merespon dengan baik pada metode disiplin yang diterapkan pada anak-anak umumnya.

Perawatan untuk anak-anak yang menunjukan gejala psikopat seringkali berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengatasi kemarahan dan frustasi.

Selain itu, orangtua juga diharapkan untuk menerapkan pola asuh berbasis hadiah,misalnya anak harus mendapatkan hak istimewa saat mereka melakukan hal baik.

Hal ini untuk menunjukan bahwa perilaku positif yang mereka terapkan akan berdampak baik dalam hidupnya.

https://health.kompas.com/read/2020/03/09/080000868/bisakah-anak-anak-menjadi-psikopat-

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke