KOMPAS.com – Sebagian masyarakat Indonesia sudah tak asing lagi dengan brotowali.
Di Jawa, brotowali juga dikenal dengan nama antawali, daun gadel, dan putrawali. Sedangkan di Sunda, brotowali lebih dikenal dengan nama andawali. Sementara di Bali, kerap disebut antawali.
Tanaman herbal ini sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi berbagai macam penyakit atau masalah kesehatan.
Brotowali merupakan tanaman semak berkayu memanjat dengan cara membelit. Tinggi atau panjang tanaman ini dapat mencapai 15 meter.
Bagian tanaman yang bisa digunakan sebagai obat yakni batang.
Batang tua tanaman brotowali memiliki ciri permukaannya berbintil-bintul sampai bertotol-totol Sedangan batang muda tidak berambut.
Kandungan kimia brotowali
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Balitbangkes Kemenkes RI mengungkap, ada banyak senyawa kimia yang terkandung di dalam tanaman brotowali.
Seluruh bagian tanaman brotowali antara lain mengandung senyawa berikut:
Oleh karena kandungan kimia tersebut, brotowali dianggap memiliki banyak manfaat kesehatan.
B2P2TOOT Tawangmangu mengungkap, bagian batang dan daun brotowali digunakan untuk mengatasi radang, panas, dan mengobati malaria.
Tak hanya di Indonesia, infusa dan dekokta batang brotowali digunakan juga di Malaysia, Thailand, dan Filipina untuk mengatasi berbagai keluhan pada kulit akibat bakteri, parasite, gatal dan luka bakar.
Selain itu, batang brotowali juga dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah berikut:
Disebut juga batang brotowali digunakan untuk pengobatan penyakit kuning dan sebagai obat oles atau plester untuk menghilangkan sakit pinggang.
Kepala Seksi (Kasi) Kerja sama dan Jaringan Informasi B2P2TOOT Tawangmangu, Tri Widayat, MS.c, menyampaikan penelitian ekstrak brotowali untuk terapi diabetes telah dilakukan pada hewan coba.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek antihiperglikemik brotowali tidak terganggu oleh serapan glukosa di intestinal maupun serapan gula ke sel perifer," jelas Tri saat dimintai informasi Kompas.com, Senin (4/5/2020).
Efek antihiperglikemik kemungkinan berhubungan dengan stimulasi pelepasan insulin via modulasi konsentrasi Ca pada sel beta.
Pada penelitian lain dinyatakan bahwa brotowali memiliki efek menambah nafsu makan, sebagai pembanding digunakan obat standar megestrol acetate.
Cycloeudalenol dan cycloeucalenone yang terkandung pada batang brotowali dinyatakan memiliki efek kardiotonik.
Sementara itu, uji toksitas akut dari esktrak brotowali pada tikus memperlihatkan bahwa ekstrak dengan dosis tertinggi 4 g/kg berat badan yang diberikan per oral tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda toksisitas.
Dari hasil uji toksisitas kronik pada tikus, diketahui bahwa ekstrak brotowali berpotensi toksik terhadap hari dan ginjal sehingga disarankan bagi para penderita gangguan ginjal untuk menghindari penggunaan pada dosis tinggi dan pada waktu yang lama.
Contoh ramuan obat diabetes dari brotowali
Untuk mendapatkan manfaat kesehatan atau khasiat sebagai obat diabetes, brotowali perlu diramu dengan bahan lain.
Berikut formulanya:
Cara penggunaan:
https://health.kompas.com/read/2020/05/04/101808868/ragam-manfaat-brotowali-obati-diabetes-hingga-sakit-pinggang