KOMPAS.com - Banyak orang yang tak menyadari hadirnya tekanan dalam diri mereka. Kondisi ini bisa menyebabkan stres kronis yang berbahaya kesehatan fisik dan mental mereka.
Melansir data Mountelizabeth, stres juga bisa memicu berbagai penyakit kronis seperti gangguan jantung, sindrom iritasi usus besar, sakit kepala, peningkatan gula darah, dan alzheimer.
Untuk menghindari dampak tersebut, kita harus lebih peka terhadap kondisi diri sendiri.
Berikut tanda-tanda stres yang kerap tak disadari:
1. Depresi
The Anxiety and Depression Association of America (ADAA) mendefinisikan depresi sebagai penyakit di mana seorang individu mengalami suasana hati rendah yang persisten dan parah.
Penelitian menunjukkan stres kronis dan akut berisiko tingi memicu depresi.
Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan hal berikut:
2. Kecemasan
Kecemasan ditandai dengan perasaan takut yang luar biasa yang bercampur dengan rasa sedih.
Riset juga menunjukan orang yang mengalami stres karena pekerjaan cenderung memiliki banyak gejala kecemasan dan depresi.
Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan psikoterapi dan obat-obatan yang direkomendasikan ahli jiwa.
Kita juga bisa melath kontrol pikiran, menerapkan pla, hidup sehat, dan mencoba lebih terbuka dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dialami.
3. Mudah marah
Mudah marah adalah ciri umum dari stres. Dalam suatu penelitian, orang yang memiliki tingkat amarah lebih tinggi berisiko lebih besar mengalami stres dan serangan jantung.
Kabar baiknya, hal ini bisa kita atasi dengan mencoba berbagai strategi untuk mengendalikan amarah.
Kita bisa melakukan teknik relaksasi seperti latihan pernapasan, yoga, atau praktik mindfulness.
Melakukan manajemen kemarahan juga dapat membantu mengurangi stres dalam situasi yang biasanya membuat kita frustrasi, tegang, atau marah.
4. Libido menurun
Tingkat stres yang tinggi juga bisa berdampak negatif pada dorongan seks. Riset 2014 membuktikantingkat stres kronis memiliki dampak negatif pada gairah seksual.
Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi stres dan melakukan olahraga untuk menginkatkan hormon yang mendorong perasaan bahagia.
Meningkatkan komunikasi dengan pasangan juga dapat meningkatkan keintiman dan mengembalikan gairah seksual.
5. Gangguan memori dan konsentrasi
Stres juga bisa mengurangi kemampuan memori dan konsentrasi. Riset yang menyelidiki jalur respons stres di otak dan pengaruhnya terhadap memori jangka panjang telah membuktikannya.
Dalam riset tersebut, peneliti menemukan hormon-hormon tertentu setelah peristiwa stres atau traumatis dapat merusak daya ingat.
Kabar baiknya, hal ini bisa kita atasi dengan perubahan gaya hidup, menerapkan pola makan sehat dan menjaga tubuh dan pikiran aktif agar tetap fokus.
6. Perilaku kompulsif
Stres kronis dapat mengubah sifat fisik otak yang memicu peningkatan perilaku adiktif yang berdampak negatif pada kesehatan.
Namun, hal ini bisa kita atasi dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Kita juga bisa mekinta bantuan ahli kesehatan mental untuk nenemukan metode yang tepat dalam mengelola stres.
7. Perubahan suasana hati
Banyaknya efek emosional dari stres dapat membuat kita mengalami perubahan suasana hati.
Riset 2014 meneliti peran berbagai jenis tes stres pada fisiologi, suasana hati, dan kognisi telah membuktikannya.
Penelitian tersebut menunjukkan stres sosial dan fisik berdampak besar pada kesejahteraan emosional dan suasana hati.
Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan teknik relaksasi, menikmati alam bebas, dan mempraktikan mindfulness.
Jika perubahan hati yang kita alami nampak serius dan tak kunjung hilang, segeralah berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.
https://health.kompas.com/read/2020/05/30/200000168/7-tanda-stres-yang-kerap-tak-disadari