KOMPAS.com - Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah arteri koroner.
Pembuluh darah arteri koroner sendiri merupakan pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah pembawa sari makanan dan oksigen ke otot jantung.
Dampak dari tidak lancarnya aliran darah ke otot jantung tersebut yakni bisa mengakibatkan kerusakan otot-otot jantung yang dapat meyebabkan gangguan pompa jantung (gagal jantung) dan bahkan kematian.
Oleh sebab itu, penyakit jantung koroner tidak layak disepelekan.
Terlebih lagi, kecenderungan terjadinya penyakit jantung koroner termasuk penyakit kardiovaskuler lainnya, seperti stroke otak, hipertensi, dan penyakit pembuluh darah perifer dilaporkan saat ini bergeser pada usia yang lebih muda, terutama menyerang kelompok usia produktif.
Faktor risiko penyakit jantung koroner
Melansir NIH, ada banyak faktor risiko penyakit jantung koroner.
Risiko penyakit jantung koroner pada seseorang akan meningkat seiring dengan jumlah faktor risiko yang dimiliki dan seberapa seriusnya.
Berikut ini beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai:
Beberapa faktor risiko, seperti obesitas, kurang olahraga, konsumsi alkohol berlebih, stres, diabetes, merokok, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup jantung sehat.
Sementara, faktor risiko lain, seperti jenis kelamin, usia tua, riwayat keluarga dan genetika, serta ras dan etnis, tidak dapat diubah.
Tanda dan gejala penyakit jantung koroner
Mengenal berbagai gejala penyakit jantung koroner kiranya penting sebagai langkah deteksi dini penyakit mematikan ini.
Melansir Mayo Clinic, jika pembuluh darah arteri koroner menyempit, sari makanan dan oksigen sulit dialirkan ke jantung, terutama saat jantung berdetak kencang, seperti saat berolahraga.
Pada awalnya, aliran darah yang menurun mungkin tidak akan menimbulkan gejala apapun.
Namun, karena plak terus menumpuk di pembuluh darah arteri koroner, seseorang mungkin akan mengalami tanda dan gejala penyakit jantung koroner, sebagai berikut:
1. Nyeri dada (angina)
Penderita mungkin akan merasakan tekanan atau sesak di dada, seolah-olah ada seseorang yang sedang berdiri di atas dada.
Nyeri ini disebut angina, biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri dada.
Angina pada umumnya dipicu oleh aktivitas fisik, seperti olahraga maupun stres emosional.
Rasa sakit biasanya akan hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas maupun tidak lagi stres.
Pada beberapa orang, terutama wanita, rasa sakit mungkin singkat atau tajam dan terasa di leher, lengan atau punggung.
Sementara, pada penderita berusia lanjut lebih dari 65 tahun dan penderita kencing manis, keluhan nyeri dada ini sering kali tidak jelas atau biasanya tersamarkan, seperti masuk angina.
2. Sesak napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, termasuk paru-paru, bisa saja menimbulkan sesak napas atau kelelahan ekstrem saat beraktivitas.
Bukan itu saja, banyaknya cairan yang terdapat pada paru-paru bisa jadi akan membuat sesak napas semakin parah, terlebih bila terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
3. Serangan jantung
Pembuluh darah arteri koroner yang tersumbat sepenuhnya akan menyebabkan serangan jantung.
Tanda dan gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan di dada dan nyeri di bahu atau lengan, terkadang disertai sesak napas dan keringat dingin.
Wanita agak lebih cenderung memiliki tanda dan gejala serangan jantung yang kurang khas dibandingkan pria, seperti nyeri leher atau rahang.
Selain itu, mereka mungkin memiliki gejala lain seperti sesak napas, kelelahan, dan mual.
4. Mual dan muntah
Saat pembuluh darah arteri koroner tersumbat, secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen dan memang bisa pula menyebabkan iskemia.
Iskemia adalah kondisi yang memicu terjadinya keringat secara berlebih, tubuh lemaj, serta mual dan muntah.
Sementara itu, pada penderita diabetes, sesuai penelitian dari MiDAs di Milan Italia pada 2006, hampir 52 persen penderita penyakit jantung koroner tidak mengalami keluhan nyeri dada atau sering disebut silent ischemia.
Meski demikian, deteksi awal dan penanganan cepat saat terjadinya serangan jantung akan memberikan manfaat pencegahan dari bahaya kematian dan kegagalan pompa jantung di kemudian hari.
Merangkum Medical News Today, untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner, siapa saja memerlukan beberapa tahap pemeriksaan.
Pertama, berkonsultasilah ke dokter spesialis jantung untuk mengetahui adanya keluhan dini penyakit jantung koroner, hipertensi, dan kelainan irama atau debar jantung dengan pemeriksaan Electrocardiogram (ECG).
Kedua, pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan faktor risiko, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol darah, fungsi ginjal, asam urat, dan faktor risiko lainnya.
Ketiga, melakukan treadmill test atau yang saat ini lebih akurat lagi, yaitu pemeriksaan MS–CT Cardiac 64 Slice (scanning jantung ). Tapi, diagnostik yang paling akurat adalah melakukan kateterisasi jantung koroner.
https://health.kompas.com/read/2020/09/20/150200868/4-gejala-penyakit-jantung-koroner-yang-perlu-diwaspadai