Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Efek Buruk "Self Diagnose"

KOMPAS.com - Di zaman canggih ini, akses informasi bisa dengan mudah kita dapatkan.

Kita hanya perlu mengetikan kata kunci yang akan kita cari maka ribuan informasi pun tersaji.

Yah, hal ini memang menguntungkan kita karena kita bisa dengan mudah mencari tahu apapun yang kita inginkan.

Di sisi lain, akses informasi yang mudah ini juga bisa berdampak buruk. Misalnya, ketikakita merasa sakit kepala atau tidak enak badan. Dengan mudahnya kita bisa mengetikan apa yang kita alami di google.

Dalam sekejap, google akan menampilkan berbagai jawaban. Secara tak langsung, hal ini bisa membuat kita melakukan slef-diagnose.

Self-diagnose merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang mendiagnosis
penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri.

Menurut psikolog dan tim konselordari Riliv, Prita Yuliani Maharani, self diagnose ini banyak dilakukan orang untuk memeriksa kesehatan mentalnya.

"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," ucapnya.

Menurut Prita, kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah. Namun, kita tetap harus melakukan cross-check dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional.

Dengan mendatanggi psikolog atau psikiater, kita bisa menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya.

Bahaya self diagnose

Self diagnose bisa membuat kita mengalami dampak buruk seperti berikut:

1. Panik

Manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya.

Degan melakukan self diagnose, kita akan semakin memikirkan hal buruk tersebut sehingga memicu kepanikan yang tidak seharusnya terjadi.

Kalau saja kita lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, kitatidak akan merasa panik. Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisi kita dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.

2. Memperparah kondisi kesehatan mental

Salah satu resiko dari melakukan self-diagnose adalah memperparah kondisi kesehatan mental kita.

Hal ini bisa terjadi karena kita terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.

Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu.

Kelemahan dari self-diagnose adalah kita tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mental yang dialami.

3. Mengabaikan penyakit atau gangguan yang sebenarnya

Saat kita melakukan self-diagnose, kita jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami.

Kita hanyamenduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah. Sebab, kita tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

4. Menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialami

Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnose. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku.

Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.

Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah. Ia berpikir, ah, bukan hal penting, kok. Masalah ini nggak terlalu parah.

Padahal, denial tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.

5. Enggan berkonsultasi dengan pakar

Setelah googling masalah kesehatan mental yang dialami, kita jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog.

Sebab, kita berpikir bahwa kamu bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli. Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan trust issue kepada psikolog dan psikiater.

Hal ini dapat terjadi karena kamu sudah terlalu percaya diagnosis yang kita dapat dari internet. Kita jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.

https://health.kompas.com/read/2021/08/29/100000468/5-efek-buruk-self-diagnose-

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke