Terlebih jika benjolan ini muncul berkepanjangan dan tak kunjung kempes setelah waktu.
Sebelum menyimak ulasan beberapa penyebab benjolan di leher, kenali dulu kemungkinan dari mana sumber benjolan ini berasal.
Sumber benjolan di leher
Benjolan di leher bisa muncul dari kulit, atau struktur jaringan di bawah kulit. Melansir Patient, berikut beberapa di antara sumbernya:
Lokasi spesifik dari benjolan di leher dapat membantu dokter mengidentifikasi penyebab kenapa ada benjolan di leher.
Penyebab kenapa ada benjolan di leher
Dilansir dari Healthline, ada beberapa kemungkinan penyebab kenapa muncul benjolan di leher, antara lain:
Penyebab benjolan di leher yang paling sering adalah kelenjar getah bening bengkak.
Kondisi ini bisa disebabkan penyakit, infeksi, efek obat-obatan, stres, penyakit autoimun, atau kanker.
Lipoma adalah benjolan berupa lemak yang bisa muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk leher.
Benjolan lipoma biasanya muncul tepat di bawah kulit, bisa digerakkan dengan jari, empuk, dan hanya terasa sakit jika tumbuh menekan saraf.
Gondongan atau penyakit gondok disebabkan infeksi virus gondongan. Penyakit ini ditandai dengan gejala demam, kelelahan, nyeri tubuh, sakit kepala, atau tidak nafsu makan.
Komplikasi gondongan bisa menyebabkan radang testis atau ovarium, meningitis, ensefalitis, pankreatitis, atau gangguan pendengaran.
Infeksi virus dan bakteri yang menyerang faring atau bagian belakang tenggorokan dapat menyebabkan munculnya benjolan di leher.
Selain benjolan di leher, gejala faringitis lainnya yakni tenggorokan sakit, demam, badan menggigil, tubuh terasa sakit, hidung tersumbat, kelelahan, batuk, atau mual-mual.
Penyakit yang kerap menular di kalangan anak sekolah ini disebabkan oleh infeksi virus epstein-Barr.
Gejala umum mononukleosis di antaranya kelenjar getah bening bengkak, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, keluar keringat di malam hari, dan badan terasa nyeri. Gejalanya bisa muncul selama dua bulan.
Benjolan padat yang berisi cairan dan tumbuh di kelenjar tiroid ini biasanya tidak berbahaya. Namun, nodul tiroid bisa jadi tanda penyakit kanker atau autoimun.
Gejala nodul tiroid di antaranya kelenjar tiroid bengkak, kerap batuk, suara serak, nyeri di tenggorokan dan leher, susah menelan, dan sering sesak napas.
Penyakit bawaan lahir ini membuat benjolan tumbuh di leher. Selama perkembangan embrio, jaringan di leher tidak tumbuh normal.
Kebanyakan kasus penyakit ini tidak berbahaya. Tapi, ada juga yang berujung infeksi atau kanker.
Selain benjolan di leher, gejala lain kista branchial di antaranya ada cairan yang mengalir dari leher dan benjolan sakit saat ditekan.
Gondok bengkak berasal dari pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. Gondok bisa ringan atau terkait dengan gangguan hormon tiroid.
Gondok yang bengkak dapat menyebabkan penderita susah bernapas, sulit menelan, batuk, serak, atau pusing saat digunakan untuk mengangkat lengan ke atas kepala.
Penyakit ini disebabkan infeksi virus atau bakteri pada kelenjar getah bening tonsil. Gejala tonsilitis di antaranya sakit tenggorokan, susah menelan, demam, menggigil, sakit kepala, atau bau mulut.
Penyakit hodgkin menyebabkan munculnya benjolan di leher yang tidak terasa sakit saat diraba.
Selain itu, gejala lainnya yakni keluarnya keringat di malam hari, kulit gatal , kerap demam, kelelahan, batuk, dan berat badan turun tanpa sebab jelas.
Penyakit ini termasuk jenis kanker yang menyerang sel darah putih. Gejala limfoma non-hodgkin mirip dengan penyakit hodgkin.
Namun, penderita biasanya juga mengalami pembesaran limpa, ruam di kulit, dan perut bengkak.
Kanker tiroid kerap ditandai dengan gejala benjolan di tenggorokan, batuk, suara serak, sakit tenggorokan, susah menelan, dan kelenjar getah bening di leher bengkak.
Kanker tenggorokan bisa menyerang kotak suara, pita suara, amandel, atau orofaring.
Gejala kanker tenggorokan yang umum dirasakan penderitanya antara lain munculnya benjolan di leher, perubahan suara, susah menelan, berat badan turun drastis, sakit tenggorokan, kerap batuk, dan mengi.
Infeksi virus yang dikenal dengan campak Jerman dapat memicu munculnya benjolan di leher, demam, pilek, kerap sakit kepala, nyeri otot, mata meradang.
Penyakit ini bisa berbahaya apabila menyerang ibu hamil, karena bisa menyebabkan sindrom rubella pada janin di dalam kandungan.
Kucing yang terinfeksi bakteri Bartonella henselae ketika mencakar atau menggigit bisa menularkan penyakitnya ke manusia.
Dampaknya, penderita bisa mengalami gejala kelenjar getah bening di leher bengkak, demam, badan lemas, sakit kepala, dan tubuh terasa nyeri.
Cara mendeteksi penyebab benjolan di leher
Melansir MedlinePlus, penyebab pasti benjolan di leher bisa diketahui lewat pemeriksaan fisik, gejala, dan riwayat penyakit secara keseluruhan.
Di beberapa kasus, dokter biasanya akan merujuk penderita ke spesialis THT untuk mengecek kondisi tenggorokan dan sekitarnya.
Selain itu, dokter juga merekomendasikan pemeriksaan CT scan leher, pemindaian tiroid untuk mengecek ada tidaknya gangguan tiroid, atau biopsi benjolan untuk melihat tingkat keganasan benjolan.
Cara mengobati benjolan di leher sangat ditentukan akar penyebab penyakit.
Deteksi dini adalah kunci keberhasilan pengobatan penyebab mendasar benjolan di leher. Untuk itu, jangan sepelekan masalah kesehatan ini.
https://health.kompas.com/read/2021/10/27/060100168/13-penyebab-kenapa-ada-benjolan-di-leher