Ayah saya meninggal enam bulan yang lalu. Saya anak tertua, laki-laki 23 tahun, dan adik saya perempuan 20 tahun. Kami amat kehilangan. Pulang kantor, ayah saya yang berumur 52 tahun mengeluh nyeri dada, beliau minta dikeroki oleh Ibu. Kami segera membawanya ke rumah sakit. Di unit gawat darurat, Ayah dinyatakan mendapat serangan jantung akut. Malam harinya irama jantung ayah tak terkendali dan beliau meninggal dunia.
Kami sekeluarga amat terpukul, khususnya Ibu. Selama ini ayahlah yang selalu mengambil keputusan dalam keluarga. Kami hanya menurut. Ayah merupakan satu-satunya yang mempunyai penghasilan untuk keluarga. Untunglah beliau memiliki perusahaan sendiri sehingga kami sekeluarga masih mendapat penghasilan dari perusahaan.
Namun, kehidupan Ibu amat berubah. Beliau menarik diri dari pergaulan. Jika selama ini Ibu rajin menghadiri pengajian, sekarang tidak lagi. Nafsu makan beliau menurun dan bertambah kurus. Tidur juga kurang lelap. Sering saya di tengah malam terbangun karena Ibu masih belum tidur dan menonton televisi.
Belakangan Ibu mengeluh. Mulai rasa berdebar-debar, nyeri di otot punggung. Kadang-kadang juga ada kaku di betis. Sakit kepala berpindah-pindah. Sehabis menonton acara ruang kesehatan di televisi, tiba-tiba saja beliau merasa terkena kanker rahim karena gejala yang dibahas sesuai dengan yang beliau rasakan.
Saya bawa Ibu berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Ibu mengalami berbagai pemeriksaan laboratorium, juga rekaman jantung. Menurut dokter, semua normal. Dokter menyimpulkan, gejala tersebut karena kelainan emosi, gangguan psikosomatik.
Penjelasan dokter tersebut menimbulkan rasa lega, namun juga menimbulkan kebingungan. Bingung karena ibu sendiri merasa tetap sakit meski telah dijelaskan oleh dokter bahwa badannya sehat. Apa yang harus saya lakukan? Mungkinkah kelainan psikosomatik ini disembuhkan? Apakah kelainan ini dipengaruhi oleh meninggalnya ayah saya?
T di J
Jawab
Dokter tak jarang mendapatkan gejala penyakit yang kualitas maupun kuantitasnya tak sesuai dengan kelainan fisik. Misalnya, keluhan berat badan menurun, rasa gemetar, dan banyak keringat. Gejala ini dapat disebabkan oleh peningkatan fungsi kelenjar tiroid (hipertiroid). Namun, ternyata pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan penunjang (laboratorium) tidak sesuai dengan gejala tersebut. Maka, dokter akan memikirkan gejala tersebut sebagai gejala psikosomatik.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit dengan gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dan timbulnya gejala-gejala tersebut. Dokter dan juga dokter spesialis penyakit dalam memang dididik untuk menemukan gangguan psikosomatik.