Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Radiasi pada Makanan

Kompas.com - 23/03/2011, 04:44 WIB

Sebenarnya, kepanikan ini mengingkari sifat alamiah manusia yang bisa hidup bersama radiasi, yang artinya adalah proses hantaran energi yang luas. Radiasi bisa berasal dari sinar matahari yang mendukung kehidupan dan hidup manusia. Setiap saat permukaan Bumi terpapar radiasi sinar kosmis yang terdiri dari gelombang elektromagnetik serta ratusan jenis partikel dan mineral radioaktif yang terlarut dalam air dan udara.

Jadi, tanpa kehadiran reaktor nuklir pun kita tidak bebas dari paparan radiasi radioaktif. Ketika teknologi kian canggih, ada radiasi buatan yang muncul dari berbagai peralatan modern, seperti sinar X pada peralatan medis, televisi, monitor komputer.

Tidak seperti sinar matahari yang dapat kita rasakan, paparan radiasi tidak terasa. Efek radiasi bersifat tidak langsung, bisa berminggu kemudian baru muncul gejalanya, bergantung material radioaktif yang dilepas dan durasi paparan. Level paparan yang tinggi menyebabkan sindrom radiasi akut, bahkan kematian. Gejalanya, mual, muntah, kelelahan, rambut rontok, dan diare.

Efeknya pada makanan

Meskipun produksi susu dari peternakan di Fukushima, sekitar 30 km dari lokasi PLTN, dilaporkan tercemar radiasi, hingga kini belum ada laporan makanan kemasan tercemar radiasi.

Kecemasan berlebihan terhadap cemaran radiasi pada makanan kemasan ini bisa berdampak buruk terhadap teknologi pengawetan makanan dengan iradiasi (food irradiation).

Josephson (1983) dalam tulisannya ”An Historical Review of Food Irradiation” di Journal of Food Safety menyebutkan penggunaan radiasi gamma untuk mengawetkan makanan dengan dosis di atas 10 kGy (kilogrey) sudah berlangsung pada produk pangan kemasan.

Meski Codex Alimentarius Commission tahun 2003 sudah menyatakan iradiasi pada bahan pangan di atas dosis 10 kGy dibolehkan, Pemerintah Indonesia tetap mensyaratkan uji keamanan pangan apabila produk itu akan dikomersialkan dan dikonsumsi masyarakat.

Di sejumlah negara maju, pasien yang baru selesai menjalani operasi—karena daya imun tubuh masih rendah dan diisolasi dari kondisi normal—direkomendasikan mengonsumsi makanan bergizi tinggi yang disterilkan dengan berbagai teknik, termasuk radiasi.

Makanan siap saji bergizi tinggi dalam kemasan laminasi yang disterilkan dengan teknik radiasi dosis tinggi 45 kGy dan dikombinasikan dengan suhu rendah dapat diterapkan untuk memenuhi keperluan asupan gizi tersebut.

Sejauh ini, penelitian di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia telah mengembangkan teknik iradiasi pada biji-bijian dan produk olahannya, buah-buahan, daging, pepes ikan mas, dan lain-lain. Hasil riset tersebut dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kualitas higiene dan daya awet bahan pangan.

Posman Sibuea Guru Besar di Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Unika Santo Thomas Medan; Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau