Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Darah Tali Pusat, Kemubaziran?

Kompas.com - 13/07/2011, 06:40 WIB

Djumhana juga menyebutkan, statistik menunjukkan peluang penggunaan darah tali pusat yang disimpan untuk diri sendiri hanya 1:100.000. ”Jadi, peluangnya amat kecil. Karena itu, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama ini hanya memilih menggunakan sel punca dari sumsum tulang dan dari darah tepi,” ujarnya.

Menurut Djumhana, akan lebih baik jika bank darah tali pusat dikelola oleh pemerintah sehingga dapat digunakan oleh siapa saja di seluruh dunia. Hanya persoalannya, apakah pemerintah memiliki anggaran untuk itu. Beberapa negara seperti Italia menerapkan ketentuan darah tali pusat disimpan oleh bank darah pemerintah. Di Amerika Serikat, selain diurus oleh lembaga pemerintah, ada pula beberapa bank darah swasta yang menawarkan jasa penyimpanan.

CordLife, yang semula sejak 2004 merintis kerja sama dengan Kalbe Farma dan pada tahun 2006 resmi mendirikan bank darah tali pusat, sejak tahun lalu pecah kongsi. Kalbe, menurut sekretaris perusahaan, Vidjongtius, lebih ingin konsentrasi pada penjualan produk-produk kesehatan dan terapi, bukan kepada layanan bank sel punca.

Menurut Dr Faundo, hingga kini jumlah klien Indonesia yang menyimpan darah tali pusat di CordLife mencapai 4.000-5.000 orang. ”Sejauh ini belum ada satu pun yang digunakan,” katanya.

Ini membenarkan pernyataan dr Djumhana tadi bahwa peluang penggunaan darah tali pusat untuk keperluan sendiri di bank darah swasta seperti CordLife amat kecil, hanya 1:100.000. Ini senada pula dengan liputan kritis di ABC News tanggal 5 Mei 2010 oleh Dr Richard Besser dan lain-lain yang berjudul ”Private Umbilical Cord Blood Banking: Smart Parenting or Waste of Money?”.

Tentu tidak sama sekali kemubaziran karena ada saja peluang darah tali pusat yang Anda simpan berguna. Dr Faundo menyebut contoh, kliennya di India yang punya anak menderita talasemia mayor, setelah punya anak kedua yang normal, maka darah tali pusat anak yang normal ini ditransplantasikan ke sumsum tulang kakaknya. Dan kakaknya mengalami kesembuhan.

Pakar talasemia yang juga peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Dr Iswari Setianingsih, SpA menyatakan memang untuk talasemia paling baik jika donor dari saudara kandung sendiri. Hanya saja, jumlah darah tali pusat sering tak mencukupi, selain tingkat keberhasilannya hanya 60 persen. Di Italia dan Thailand, sel punca darah tali pusat dikombinasikan dengan sel punca dari sumsum tulang dan tingkat keberhasilannya menjadi lebih dari 90 persen untuk tingkat kelangsungan hidup 10 tahun.

Menurut dr Djumhana, sedikitnya jumlah darah dalam tali pusat plus plasenta juga menjadi kendala, apalagi jika badan penerima transplantasi beratnya puluhan kilogram. Selain itu, biaya transplantasi di sumsum tulang mencapai miliaran rupiah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau