KOMPAS.com- Diabetes merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh menggunakan insulin atau membuat insulin, sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel. Akibat dari hal ini, akan terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh. Dalam jangka panjang, kerusakan juga dapat menimpa pembuluh darah dan saraf.
Pada orang yang sehat, insulin dibentuk tubuh di kelenjar pankreas. Namun pada pasien diabetes cadangan kapasitas pabrik insulin tubuh sangat sedikit atau tidak diproduksi lagi sehingga diperlukan insulin dari luar tubuh melalui suntikan.
"Insulin itu ibarat corong tempat masukknya glukosa ke dalam sel agar bisa diolah menjadi sumber energi," kata dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD paparnya dalam acara media edukasi memperingati Hari Diabetes Sedunia di Jakarta (14/11/11).
Menurut Dante, suntikan insulin diperlukan pasien diabetes pada keadaan tertentu, terutama jika diperlukan penurunan gula darah cepat pada keadaan kritis, gagal terapi dengan tablet, atau ketika sel pankreas tidak lagi bisa menghasilkan insulin.
Ditambahkan oleh dr.Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, dalam hal pengobatan diabetes terkadang diperlukan penyesuaian obat atau dosis sehingga tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis obat. "Terkadang meski gula darah sudah terkontrol dengan satu regime obat tertentu suatu waktu bisa saja gula darahnya tiba-tiba tinggi," paparnya dalam kesempatan yang sama.
Saat ini, dalam tatalaksana diabetes pasien harus diperkenalkan sejak dini bahwa suatu waktu ada kemungkinan harus menggunakan insulin. "Dokter harus mengedukasi pasiennya sejak dini tentang kemungkinan ini, sehingga jika saatnya harus pakai insulin tidak terjadi penolakan," kata Tri Juli.
Insulin saat ini diproduksi dengan cara bioteknologi yang disebut teknik rekombinan DNA. Melalui cara ini tidak diperlukan penggunaan binatang seperti produksi insulin pada waktu baru ditemukan.
Selain dosis yang tepat, menurut Dante kunci keberhasilan insulin adalah cara penyuntikannya. "Insulin seharusnya disuntikkan ke lapisan subkutan di bawah kulit agar masuknya pelan-pelan dan tidak terjadi fluktuasi gula darah yang terlalu tinggi," paparnya.
Ia menjelaskan, lapisan subkutan manusia rata-rata ketebalannya kurang dari 3 milimeter, karena itu diperlukan jarum suntik kecil untuk mencapainya. "Yang ideal menurut standar internasional adalah jarum 4-5 mm agar terdistribusi di area yang tepat," ujarnya.
Penyuntikan yang terlalu dalam atau sampai lapisan otot bisa menyebabkan insulin terlalu cepat masuk ke pembuluh darah sehingga gula darah bisa mendadak turun atau drop.
Pada tahap permulaan, menyuntik diri sendiri dengan insulin mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang, apalagi sebagian besar orang merasa takut dengan jarum suntik. Padahal, kini sudah banyak diciptakan jarum suntik berukuran kecil yang tidak menimbulkan sakit.
"Selain komponen insulin yang diperbaharui, alat untuk menyuntikkannya pun terus disesuaikan dengan kondisi modern sehingga pasien bisa menjalani suntikan dengan nyaman," kata Dante.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.