Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2012, 06:39 WIB

Meskipun makan merupakan kebutuhan dasar manusia, ternyata kebiasaan sarapan tidak berjalan seiring tumbuhnya peradaban. Bangsa Romawi, misalnya, hanya makan sekali sehari pada siang hari. Menurut ahli sejarah makanan, Caroline Yeldham, bangsa Romawi percaya bahwa mereka lebih sehat bila tidak terlalu sering makan.

”Mereka terobsesi dengan pencernaan. Makan lebih dari sekali sehari berarti rakus dan akan berdampak buruk panjang pada kesehatan,” kata Yeldham.

Pada Abad Pertengahan, kebiasaan makan banyak dipengaruhi kehidupan dalam biara. Tidak boleh makan apa pun sebelum mengikuti misa pagi dan daging hanya boleh dimakan setengah dari total hari dalam setahun. ”Tampaknya kata breakfast masuk dalam kosakata bahasa Inggris pada zaman ini, yang arti harfiahnya adalah mematahkan (break) puasa (fast) malam sebelumnya,” kata sejarawan makanan lainnya, Ivan Day.

Baru pada abad ke-17, berbagai kalangan sosial memulai harinya dengan sarapan. Setelah periode restorasi yang dilakukan Charles II di Inggris, kopi, teh, dan makanan seperti daging asap dan telur goreng orak-arik muncul di meja makan orang-orang kaya. Bahkan, pada akhir tahun 1740-an, ruang khusus untuk sarapan selalu ada di rumah para bangsawan.

Ketika revolusi industri terjadi pada pertengahan abad ke-19, jam kerja menjadi teratur. Karena itu, para buruh perlu makan sebelum berangkat kerja untuk mendukung stamina mereka di pabrik, termasuk pimpinannya.

Sarapan sekarang

Di kota-kota besar saat ini, ketika kemacetan semakin panjang sehingga orang harus berangkat lebih pagi ke tempat bekerja dan sekolah, sarapan menjadi hal yang paling sering dikorbankan. Ada yang tidak sempat sarapan sama sekali, mengisi perut asal-asalan, atau membawa bekal dan baru menyantapnya setiba di tujuan.

Sarapan apa yang sehat di tengah ketergesaan yang begitu pekat? Sereal dari biji-bijian utuh ternyata menurunkan risiko seseorang terkena tekanan darah tinggi. Penelitian tahun 2011 terhadap 13.368 dokter pria, seperti yang dikutip Breakfast Research & Statistics menunjukkan, mereka yang makan sereal dari biji-bijian utuh risiko hipertensi turun 20 persen.

Penelitian di University of Missouri, AS, menemukan, telur juga sangat baik untuk sarapan. Kadar protein telur yang tinggi membuat perut terasa penuh sehingga membantu mengontrol rasa lapar dan makan lebih sedikit saat makan siang dan malam.

Maka, Pennington Biomedical Research Center justru menyarankan menyantap dua telur saat sarapan bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Mau dicoba?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau