Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2013, 14:22 WIB

KOMPAS.com- Tidak semua orang cocok dengan suatu jenis pengobatan. Pada beberapa orang, pengobatan tidak memberikan reaksi positif, bahkan dapat bersifat racun bagi tubuh.

Peneliti senior dari Eijkman Institute Prof. David. H. Muljono, MD, FINASIM, Ph.D menyatakan, kesesuaian memang diperlukan antara pengobatan dengan penggunanya supaya pasien memperoleh hasil yang maksimal. Tak heran, apabila tren pengobatan di masa depan akan mengarah pada suatu konsep yang disebut dengan personalized medicine.

"Setiap individu memiliki ciri khas yang berbeda dan tidak mungkin ditiru. Ciri inilah yang menentukan keefektifan suatu pengobatan," kata David pada seminar 'Celebrating 60 Years DNA Discovery' di Titan Centre, Jakarta (4/6/2013).

David menjelaskan, personalized medicine merupakan konsep pengobatan berdasarkan klasifikasi tertentu atau ciri khas suatu individu seperti misalnya susunan gen di dalam tubuh. Klasifikasi dapat berdasarkan penerimaan (susceptibility) pada suatu penyakit dan reaksinya pada pengobatan.

Personalized medicine, kata David, akan menghasilkan segmentasi pada kelompok atau spesifik individu. Kesesuaian ini akan menentukan kemungkinan akibat dari suatu penyakit (prognosis). Termasuk kemungkinan apakah penyakit tersebut akan kembali kambuh. Dengan kesesuaian inilah, upaya pengobatan menjadi lebih efektif.

"Nantinya tidak ada lagi satu jenis obat dalam dosis yang sama, diberikan untuk semua individu. Padahal dengan pemahaman ini, 50 persen pengobatan tidak mencapai sasaran," kata David.

Konsep pengobatan yang bersifat personal ini, menurut David, sebetulnya bukanlah hal baru. Kebijakan personalized medicine sudah dilakukan pemerintah Amerika Serikat pada 2005. Penerapannya pun bisa merujuk pada tindak pencegahan suatu penyakit.

Sejak tahun 2005, para wanita yang memiliki riwayat kanker payudara di Amerika disarankan untuk melakukan pemeriksaan gen. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar peluang tiap wanita menderita kanker. Wanita dengan peluang besar tentu harus membentengi diri lebih dini. Sebagian wanita juga disarankan melakukan pengangkatan payudara (mastektomi) apabila memiliki sejenis gen penentu kanker payudara seperti BRCA1 dan BRCA2.  Hasilnya, serangan kanker payudara bisa diatasi sejak dini.

David menganjurkan personalized medicine dapat segera diterapkan di Indonesia. "Kita ini dihuni lebih dari 500 etnis, yang berbeda. Perbedaan ini akan berefek pada pengobatan dan pencegahan yang dilakukan," katanya.

David pun menyarankan dilakukannya sampling gen pada banyak etnis yang ada di Indonesia. Melalui sampling, dapat dilihat etnis mana yang berisiko tinggi pada suatu jenis penyakit. Langkah ini diikuti dengan tindak pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau