Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2013, 16:51 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Dalam mengendalikan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD), Indonesia sebaiknya mengadopsi langkah yang dilakukan Singapura dan beberapa negara lainnya di dunia. Dari Singapura misalnya, yang berhasil mengatasi penyebaran DBD dalam satu tahun, Indonesia dapat belajar bagaimana melakukan fogging yang tepat.

“Indonesia dapat mencontoh pada Singapura, Brasil, dan Kuba. Ketiga negara tersebut berhasil menurunkan angka penderita DBD. Kita bisa belajar dari Singapura, bagaimana fogging yang efektif. Hal ini bisa kita lakukan di Indonesia,” kata peneliti dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Budi Haryanto.

Di Singapura, kata Budi, penyakit DBD tidak lagi dilaporkan sejak 2005. Menurut Budi, pemberantasan virus dengue berhasil karena fogging yang berjalan efektif. Fogging dilakukan dengan dosis, radius, dan timing yang tepat.

Di negara tetangga tersebut, fogging dilakukan serentak di seluruh wilayah tanpa didasarkan kasus. Hal dilakukan guna mencegah nyamuk dewasa berpindah mencari lokasi sasaran lain. Fogging melibatkan 240 ribu relawan dan dilakukan satu bulan sekali terus-menerus, selama setahun.

Selain itu, Pemerintah Singapura juga menerapkan denda bagi pemilik tempat tinggal yang ditemukan jentik nyamuk. Denda menuntut warga untuk selalu menjaga kebersihan dan peraturan ini terbukti mampu menhhindarkan warga dari ancaman DBD.

Di Indonesia, penyakit DBD masih menjadi ancaman. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan, DBD menjadi penyebab kematian nomor 5 pada balita setelah diare, pneumonia, dan meningitis, dengan jumlah kematian 6,8 persen. 

Jumlah kasus DBD di Indonesia saat ini mencapa sekitar 160 ribu per tahun sedangkan di dunia rata-rata ada sekitar 925.896 setiap tahunnya. Indonesia juga pernah menempati posisi tertinggi kasus DBD di dunia pada 2006, 2007, dan 2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau