KOMPAS.com - Umumnya bekerja dilakukan 8-9 jam setiap harinya. Namun untuk mencapai target tertentu, tak sedikit orang cenderung untuk memilih bekerja lembur. Padahal, bukannya tidak mungkin, kerja lembur mengharuskan mereka untuk memaksakan diri secara fisik dan mental.
Karena cenderung memaksakan, kebanyakan dari mereka yang bekerja lembur pun menggunakan cara-cara tertentu untuk tetap awas, misalnya mengonsumsi banyak kafein. Padahal cara tersebut bukan menghilangkan lelah, namun hanya bersifat untuk memompa semangat untuk sementara waktu.
Bekerja lembur mungkin bisa saja dilakukan sesekali jika mendesak. Namun jika dilakukan hampir setiap hari, tentu ada risiko kesehatan di balik itu. Berikut beberapa risiko kesehatan yang harus dihadapi saat terlalu sering bekerja lembur.
1. Kecanduan stimulan
Untuk mengatasi kerja lembur, orang cenderung bergantung pada stimulan seperti kafein dan nikotin. Padahal stimulan bersifat adiktif dan dapat memicu komplikasi di kemudian hari. Kecanduan kafein dan nikotin juga cenderung membuat seseorang mudah cemas dan mengalami gangguan tidur.
2. Gangguan pencernaan
Menurut sejumlah studi, kerja lembur dan kebiasaan makan tidak teratur memicu banyak gangguan pencernaan seperti sakit perut, mual, diare, konstipasi, dan heartburn. Ini umumnya disebabkan kurangnya konsumsi air.
3. Penyakit jantung
Sebuah studi yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology menunjukkan, bekerja lembur meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 80 persen. Studi tersebut menemukan, karyawan yang sering bekerja lembur secara signifikan rentan menderita serangan jantung dan stroke.
"Orang yang sering lembur mengalami kombinasi stres, tekanan darah tinggi, serta diet tidak sehat. Hal-hal ini akan mengakibatkan masalah jantung lebih dini bagi para karyawan lembur," ujar ketua studi Dr Marianna Virtanen, peneliti dari Institut Finlandia.
4. Insomnia
Saat orang bekerja lembur, mereka mengabaikan pentingnya mendapat tidur dengan kualitas dan kuantitas yang cukup. Dengan begitu, risiko insomnia mereka pun meningkat. Insomnia merupakan gangguan sulit untuk memulai dan menjaga tidur.
5. Diabetes
Diabetes merupakan risiko kesehatan lainnya yang dihadapi seseorang yang sering bekerja lembur. Ini karena kecenderungan orang bekerja lembur yang sulit mengontrol kebiasaan makan dan olahraga atau bergerak aktif.
6. Obesitas
Sejumlah studi menunjukkan, orang yang rutin bekerja lembur lebih mungkin mengalami obesitas dibanding mereka yang tidak. Hampir sama seperti diabetes, hal ini dipicu oleh sulitnya mereka untuk mengontrol kebiasaan makanan dan olahraga.
Kerja lembur juga dapat menurunkan kadar leptin dalam tubuh. Leptin merupakan hormon yang memegang peranan penting untuk mengontrol napsu makan.
7. Depresi
Sebuah riset menunjukkan, jam kerja yang panjang dapat meningkatkan risiko mengalami depresi. Penelitian melibatkan 2.123 pegawai sipil di Inggris selama enam tahun menunjukkan, mereka yang bekerja setiap hari rata-rata minimal 11 jam di kantor memiliki peluang dua setengah kali lebih tinggi mengalami depresi ketimbang rekannya yang bekerja hanya tujuh atau delapan jam setiap hari.
Kepala Departemen Psikiatri di Lenox Hill Hospital New York City Bryan Bruno mengatakan, kerja selama berjam-jam di kantor bisa menyebabkan depresi dalam beberapa cara, seperti menciptakan konflik keluarga, akibat meningkatnya kadar kortisol (hormon stres). Selain itu, ketidakamanan dan kurangnya waktu tidur juga dapat membantu menjelaskan peningkatan risiko depresi.
8. Menurunnya kesuburan
Khususnya pada pria, bekerja lembur juga diketahui memicu banyak gangguan yang berhubungan dengan kesuburan, seperti kemandulan, disfungsi ereksi, menurunnya jumlah sperma, dan menurunnya gairah seksual. Hal tersebut berhubungan dengan kecanduan stimulan yang kerap dialami pekerja lembur.