KOMPAS.com - Gaya hidup sedentary yang membuat tubuh tidak banyak bergerak berdampak buruk terhadap kesehatan. Banyak yang menyadari hal ini namun tak mudah untuk menghindari sehingga gaya hidup tidak sehat ini masih menjadi bagian dari keseharian. Di tengah minimnya waktu yang tersisa untuk olahraga, ragam pola diet pun menjadi pilihan solusi mempertahankan berat badan dan kesehatan secara umum.
Berikut beberapa pola diet yang sempat jadi tren sepanjang 2013. Jika belum sempat mempraktikkannya, Anda bisa pertimbangkan salah satunya untuk menjadi resolusi sehat 2014 nanti.
1. OCD (Obsessive Corbuzier Diet).
Diet yang diperkenalkan seorang entertainer ini mengundang penasaran dan ingin tahu masyarakat. Hal ini dikarenakan mekanisme diet yang tidak biasa. Para pelakunya boleh makan apa saja saat waktu ‘jendela makan’ berlangsung. Namun setelahnya, pelaku tidak boleh makan apapun dan hanya minum air putih.
Dalam bukunya, entertainer tersebut menyarankan pengurangan waktu ‘jendela makan’ secara bertahap selama seminggu. Pengurangan waktu makan sebanding dengan penambahan waktu puasa, yang berlangsung selama 16 jam,18 jam, 20 jam, hingga 22 jam. ‘Jendela makan’ perlahan menurun yaitu 8 jam, 6 jam, 4 jam, hingga 2 jam.
Tiap tahap berlangsung selama satu minggu. Entertainer tersebut mengatakan, OCD bisa mengurangi berat badan 5-6 kilogram dalam satu bulan. Untuk pemula, disarankan makan mulai jam 12 malam hingga pukul 7 pagi. Pelaku OCD harus melakukan dietnya dengan konsisten untuk memperoleh hasil maksimal.
Meski tampak mudah dan menyehatkan, ahli gizi Atik Nirwanawati menyarankan, masyarakat berkonsultasi dengan tenaga keseharan terlebih dulu sebelum melakukan OCD.
“Dalam pengaturan pola makan penting menyeimbangkan asupan mikro dan makro nutrisi. Pengaturan yang buruk tidak akan baik untuk kesehatan. Kalaupun berat badan turun maka yang berkurang adalah cairan bukan lemak,” ujarnya.
2. Mediterania.
Pengaturan pola makan ini didasarkan pada masyarakat yang hidup di kawasan Mediterania dari Spanyol hingga Timur Tengah. Walau memiliki beragam kreasi, diet mediterania tetap berinti pada makanan nabati seperti sayur, buah, biji-bijian, gandum utuh, kacang, dan minyak zaitun. Makanan ini dikombinasikan dengan keju, yoghurt, ikan, unggas, telur dan anggur.
Diet mediterania menghindari asupan lemak jenuh, sodium, pemanis dan daging merah. Berbagai makanan ini disajikan dalam keadaan segar dan utuh. Pengolahan makanan juga sangat sederhana dan menghindari penggunaan minyak. Diet ini juga termasuk makan malam santai dan aktivitas fisik reguler.
Dengan asupan kaya nutrisi makro dan mikro, diet mediterania bisa mencegah pelakunya terkena penyakit degeneratif misalnya diabetes. Pembatasan asupan kolesterol menyebabkan kadar trigliserida, LDL, HDL, dan tekanan darah tetap stabil.
3. Makanan mentah.
Makanan mentah adalah diet yang mengharuskan makanan tidak dimasak dalam suhu lebih dari 118 derajat Fahrenheit atau 48 derajat Celcius. Pembatasan suhu berlaku pada berbagai metode pengolahan seperti rebus, goreng, atau panggang.
Pengaturan ini berlaku pada sayur, buah, kacang dan biji-bijian. Diet raw food sebetulnya sudah ada pada budaya Indonesia, misalnya lalapan.
Diet ini didasarkan anggapan proses memasak menghilangkan 70-80 persen vitamin, 50 persen protein, dan 100 persen enzim dalam bahan pangan. Proses memasak juga menghilangkan lemak baik dan mengubahnya menjadi lemak trans. Radikal bebas ini kemudian menghalangi respirasi sel, dan memicu munculnya berbagai penyakit.
Dengan mengonsumsi makanan dalam bentuk alami, diharapkan tubuh tidak kekurangan enzim yang berguna. Sehingga kesehatan tubuh tetap terjaga dan terhindar dari radikal bebas penyebab gangguan metabolisme maupun kardiovaskuler.
4. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).
Diet ini diterapkan untuk menurunkan tekanan darah. Pelakunya memperoleh manfaat tambahan yaitu berat badan terjaga, menurunkan risiko penyakit jantung, dan diabetes.