Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2014, 14:34 WIB
KOMPAS.com — Melalui program dokumenter Doctors Go Wild, Kompas TV mengajak dua dokter untuk mengeksplorasi berbagai tempat di pelosok Nusantara, melihat dan mempelajari berbagai tata cara serta keunikan pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat setempat.

Kedua dokter tersebut adalah Ratih Citra Sari (33), traveler bergelar S-2 Hukum Kesehatan, dan Andri Prasetya Wibowo (31), dokter residen urologi yang mencintai fotografi dan backpacking.

Satu lagi cerita perjalanan Ratih Citra Sari dalam Doctors Go Wild. Kali ini dia datang ke Mentawai, Sumatera Barat.

Sikerei Mentawai
Langkah kaki saya terasa sangat berat menapaki jalan berlapis semen di Desa Madobag, Pulau Siberut, Mentawai, Sumatera Barat, siang itu. Saya baru berpamitan dengan orangtua angkat saya, Aman Aila Manai, dan keluarganya, beserta segenap warga Madobag.

Aman Aila Manai adalah seorang sikerei yang dihormati di Pulau Siberut. Bagi masyarakat Mentawai, peran sikerei sangatlah penting. Mereka berperan sebagai "dokter" bagi masyarakat Mentawai yang memang masih hidup dengan keterbatasan layanan kesehatan.

Perjalanan ke Mentawai mempertemukan saya dengan beberapa sikerei. Namun Aman Aila Manai beserta keluarganya meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya.  

Saat duduk bersisian dengan beliau dan berbincang tentang metode pengobatan yang biasa beliau praktikkan, saya menyadari kesamaan yang kami miliki. Kami sama-sama berusaha membuat para pasien kami terlepas dari penyakit dan membuat kualitas kesehatan mereka meningkat.

Bedanya, beliau terbuka pada kedokteran modern, sebuah bentuk terapi yang asing baginya. Sementara itu, saya tidak terbuka dengan metode pengobatan beliau. Saya yakin, sedikit sekali dokter yang memercayai metode pengobatan lain di luar terapi medis konvensional yang kami yakini dan imani.

Bukan bentuk terapi yang dipraktikkannya yang membuat saya merenung, melainkan keterbukaan mereka terhadap dunia pengobatan modern. Betapa mereka menyadari keterbatasan pengobatan mereka dan adanya bentuk pengobatan lain yang mungkin memberikan hasil yang lebih baik dari metode yang mereka kenal.

Menurut saya, sikap baik tersebut layak ditiru. Kami, para dokter, sering kali lupa akan hal penting tersebut.   

Kami cenderung menutup mata akan adanya pengobatan lain yang efektif di luar pengobatan modern yang kami tawarkan. Padahal, tubuh manusia begitu rumit, dan sampai saat ini, dunia kedokteran modern pun masih terus berusaha menjawab berbagai misteri tubuh manusia.

Ego kami sebagai dokter terus terang tersentil bila mendengar ada pasien kami yang pulih melalui terapi alternatif. Mungkin ada baiknya bagi kami untuk mencari tahu dan belajar lebih lanjut tentang terapi alternatif yang banyak ditawarkan di luar sana. Dengan demikian, kami dapat memberi pengertian yang baik kepada para pasien kami tentang terapi-terapi tersebut, dengan tetap berkiblat pada terapi medis konvensional.
    
Seandainya pun ada terapi alternatif yang bersifat "ngawur" bahkan "ngarang" dan tetap diyakini oleh masyarakat dapat menyembuhkan, maka saatnya bagi kami, para dokter, untuk merendahkan hati dan mengevaluasi ulang kualitas pelayanan kesehatan yang kami miliki dan terapkan selama ini. Pelayanan yang menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat pada terapi medis konvensional dan berpaling pada terapi "ngarang" tersebut.

Saya meninggalkan Mentawai sore itu dengan secercah pencerahan baru akan profesi yang begitu saya banggakan, demi dapat memberikan bentuk pelayanan kesehatan yang optimal bagi kesehatan masyarakat. Saya berharap pelayanan kesehatan yang didapatkan masyarakat di Mentawai dapat terus membuat mereka percaya akan bentuk terapi yang kami berikan sehingga kualitas kesehatan mereka menjadi lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau