KOMPAS.com - Pendingin ruangan di kantor yang terlalu dingin sudah pasti menciptakan ketidaknyamanan buat karyawan. Sayangnya belum pernah ada survei yang mengungkapkan ketidaknyamanan gara-gara AC terlalu dingin di Indonesia.
Sementara di Singapura lebih dari separuh penduduknya mengeluhkan pendingin ruangan di area publik yang terlalu dingin. Banyak yang mengaku mengalami masalah kesehatan gara-gara AC yang mirip musim dingin itu. Begitu menurut poling yang dilakukan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) Singapura untuk Earth Hour 2011.
Sebagaimana diketahui Earth Hour adalah inisiatif global untuk individu, pebisnis, komunitas dan pemerintahan untuk mematikan lampu selama satu tahun.
Poling itu ditujukan untuk mencari tahu kenyamanan masyarakat terhadap suhu AC di negara tersebut. Dari 450 orang yang ditanyai, 52 persen tidak senang dengan suhu AC yang terlalu dingin. Tiga dari empat responden mengalami masalah kesehatan seperti flu, batuk dan kulit jadi kering.
Bukan hanya itu saja. Separuh dari responden membandingkan suhu ruangan di sekolah atau kantor mereka dengan musim gugur di Seoul. Sementara satu dari empat responden menyebutnya seperti sedang mengalami musim dingin di Siberia.
Situasi di Singapura itu juga sebetulnya dialami di kantor-kantor di Jakarta. Ratna (33 tahun) mengeluhkan pendingin yang keterlaluan dingin di kantornya. “Setiap hari di kantor saya harus sedia jaket yang hangat. Kalau tidak saya bakal mengalami winter sonata,” kata pekerja di bilangan Sudirman mengutip judul sinetron asal Korea yang sangat popular di Indonesia.
Sayangnya, meskipun sudah banyak keluhan namun kantor tempatnya bekerja tetap dingin luar biasa. Sedangkan di Singapura mulai banyak inisiatif untuk menaikkan suhu pendingin ruangan. Suhu AC di rumah dan kantor pun diatur pada suhu 24 derajat Celcius atau lebih tinggi untuk menghemat sumber energi.
Badan Kaku
Ruangan dengan AC yang keterlaluan dinginnya ternyata bukan hanya masalah di negara tropis seperti Indonesia dan Singapura. “Terlalu dingin adalah keluhan pertama buat para perencana konferensi,” kata Donald Young dari International Facility Management Association di Houston, AS seperti dikutip oleh harian USA Today.
Steve Kemble, seorang perencana konferensi dari Dallas mengatakan dari semua survei terhadap mereka yang hadir di konferensi mengeluhkan suhu ruangan. Baginya, sangat bikin frustasi merencanakan program dengan pembicara berhonor 100 ribu dolar sementara para pesertanya keluar dari ruangan karena kedinginan di dalam ruangan konferensi.
Kelompok yang juga tidak menyukai ruangan terlalu dingin adalah instruktur yoga. Erin Adams yang merencanakan sembilan konferensi yoga setahun selalu berupaya menjaga ruangan tetap cukup hangat agar peserta yoga tidak cedera karena ruangan terlalu dingin. Ruangan yang terlalu dingin membuat badan cepat jadi kaku kembali.
“Saat membukukan pesanan tempat, satu kesepakatan yang masuk di dalamnya adalah saya bisa menyesuaikan suhu ruangan. Setiap hotel selalu punya masalah. Bahkan di daerah yang seharusnya panas, hotel terasa seperti Antartika,” katanya.
Mereka yang punya masalah dengan suhu ruangan terlalu dingin mungkin bisa berlega hati dengan adanya gerakan sadar lingkungan. Gerakan-gerakan hijau untuk menyelamatkan lingkungan mengampanyekan efisiensi energi dengan menaikkan suhu ruangan.
Jadi berapakah suhu pendingin ruangan yang nyaman agar tak dingin seperti Antartika? Suhu yang nyaman tentu berbeda untuk semua orang. Namun perlu diupayakan suhu yang nyaman buat semua orang agar tidak mempengaruhi kesehatan dan produktivitas. Suhu yang terlalu panas bisa bikin pekerja jadi mudah lelah sementara suhu terlalu dingin bikin pekerja jadi sulit berkonsentrasi.
Suhu ruangan yang nyaman menurut rekomendasi dari Canadian Center for Occupational Health and Safety adalah antara 21 – 23 derajat Celcius. Di musim panas suhu ruangan suhu direkomendasikan sedikit hangat agar tak beda jauh dengan suhu di luar ruangan. Jadi ketika pekerja memasuki kantor, mereka tak merasakan seolah tiba-tiba masuk ke dalam freezer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.