Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/12/2014, 10:15 WIB
Dr. Ari F. Syam Sp.Pd

Penulis


Secara umum kenapa seseorang minum minuman mengandung alkohol adalah karena alasan menjaga hubungan baik dengan teman, baik untuk acara jamuan makan malam atau pesta atau sekedar berkumpul untuk menghabiskan waktu senggang. Di sisi lain, alasan minum  adalah untuk menghangatkan badan apalagi disaat  musim penghujan saat ini, minum alkohol juga untuk alasan membuat badan lebih santai dan melupakan beban berat atau permasalahan yang sedang dimiliki oleh seseorang.

Buat sebagian orang yang memang merasa rendah diri, dengan minum alkohol merasa dirinya menjadi lebih berharga dan sedikit lebih “berani”. Buat sebagian anak muda alkohol sebagai pelarian karena menghadapi frustasi dalam kehidupan sehari-hari baik karena masalah pendidikan, masalah keluarga, karena pekerjaan dan masalah sosial lain dalam kehidupan bermasyarakat. Minum alkohol bisa melupakan beban hidup sesaat dan tentu sifatnya semu belaka.

Mengulas sedikit mengenai minuman keras yang ada di tengah masyarakat mengandung kadar alkohol yang bervariasi. Bir umumnya mengandung alkohol 3,5 sampai 5 persen, wine mengandung alkohol 10 -14 persen, fortified wine mengandung alkohol 14-20 persen sedang whisky atau vodka mengandung 40 persen alkohol.

Dampak buruk dari penggunaan alkohol akan mengenai berbagai organ di dalam tubuh. Mulai dari otak, saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus besar, organ-organ dalam tubuh khususnya liver, pancreas, otot, tulang dan sistim genetalia baik laki-laki maupun perempuan.

Alkohol dikelompokan sebagai bahan yang menyebabkan sedasi dan hypnosis. Artinya apa bahwa alkohol membuat seseorang menjadi tenang dan “tertidur”.

Penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan akan menyebabkan terjadinya keracunan alkohol (Intoksikasi alkohol) dan dapat mennyebabkan kematian. Akibat penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan akan menyebabkan seseorang menjadi “mabuk”.

Intoksikasi terjadi jika jumlah alkohol yang dikonsumsi diatas ambang toleransi orang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya gangguan baik fisik maupun mental, seseorang yang dalam keadaan mabuk tidak sadar akan apa yang sedang dilakukan, disorientasi, bingung dan lupa. Dalam keadaan mabuk seseorang bisa saja melakukan aktifitas antisosial termasuk juga melakukan tingkah laku seksual yang tidak aman. Tentunya sangat berbahaya jika mengendarai kendaraan bermotor atau menghidupkan mesin.

Alkohol dapat menyebabkan adiksi atau ketagihan dan toleransi penggunaan makin hari makin banyak. Walaupun seseorang sudah toleransi untuk volume tertentu, tetapi efek samping kronisnya tetap terjadi. Pasien dengan penggunaan alkohol jangka panjang akan menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaannya khususnya pada lambung.

Pasien yang menggunakan alkohol kronis akan dengan mudah ditemukan kelainan pada lambungnya. Saya beberapa kali medeteksi pasien yang secara endoskopi diketahui ada peradangan kronis pada lambung dan mengakui sebagai pengguna alhohol rutin  pada saat konfirmasi setelah pemeriksaan endoskopi.

Alkohol akan menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan, membentuk erosi sampai tukak usus dan selanjutnya akan menyebabkan perubahan struktur dalam usus sampai berubah menjadi sel ganas (kanker). Liver  peminum alkohol juga akan mengalami peradangan kronis yang akan berlanjut dengan penciutan hati (sirosis hati) tentu dengan komplikasi lanjutan yang bermacam-macam antara lain pembengkakan pada perut dan terjadi perdarahan pada saluran cernanya.

Alkohol juga dihubungkan dengan dengan berbagai kanker antara lain kanker usus besar. Pasien peminum alkohol kronis akan mengalami tulang kropos (osteoporosis), mengalami impotensi dan infertilitas. Pada wanita alkohol juga menjadi salah faktor resiko terjadi kanker payudara.

Informasi mengenai penggunaan alkohol dosis kecil sedikit yang rutin membawa dampak baik  untuk kesehatan ternyata juga masih kontroversi. Di sisi lain penggunaan rutin walaupun sedikit tetap akan membawa efek samping yang akan timbul di masa depan. Belum lagi toleransi dari penggunaan sedikit makin lama makin tinggi.

Alkohol oplosan

Minum minuman keras saja sudah berbahaya, apalagi kalau minuman keras tersebut dioplos dengan minuman lain jelas akan tambah berbahaya. Alkohol aplosan membuat kadar alkohol yang dikonsumsi menjadi tidak jelas kadarnya.

Di tengah masyarakat memang sediaan alkohol oplosan bermacam-macam disesuaikan kenapa minuman alkohol tersebut dioplos. Ada yang mengoplos minuman  alkohol tersebut dengan minuman berenergi yang mengandung kafein, jelas ini akan mengganggu jantung.

Minuman  keras yang dicampur dengan minuman berkarbonasi atau susu ini relatif tidak berbahaya tergantung kadar alkohol dari minuman  mengandung alkohol utamanya. Yang paling berbahaya adalah minuman  mengandung alkohol yang dicampur dengan spirtus atau minuman keras lain  misal metanol yang tidak diketahui kadar alkaoholnya.

Tujuan utamanya adalah karena harga minuman keras tersebut lebih murah tetapi tentu dengan efek samping yang lebih berat dibandingkan dengan minuman mengandung alkohol saja. Alkohol oplosan yang yang terkahir ditemukan di Sumedang dan sudah menyebabkan ratusan korban ternyata diduga mengandung alkohol 96 persen jelas akan membuat efek samping lebih cepat dan lebih berat.


Akhirnya ternyata pengunaan alkohol lebih banyak dampak buruknya dari pada manfaatnya sehingga upaya untuk melarang penggunaan alkohol di tengah masyarakat luas memang harus dilakukan tentunya melalui berbagai peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah.

Salam Sehat,

Dr.dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FACP

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com