Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2015, 11:40 WIB

KOMPAS.com - Dari segi gizi, susu memang sumber protein dan kalsium. Tetapi susu bukan lagi "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama ini.

Dalam Pedoman Gizi Seimbang, susu dikelompokkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti telur, daging, ikan, dan sebagainya. Terlalu banyak mengonsumsi susu juga bisa menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Selain itu, tak semua orang tahan minum susu karena laktosa intolerance.

Berikut adalah beberapa hasil penelitian mengenai manfaat susu.

Rekomendasi
Sejak lama, susu dipromosikan sebagai cara anak-anak memiliki tulang dan otot yang kuat, serta mencegah bahaya osteroporosis bagi lanjut usia. Beberapa pendukung menggarisbawahi kandungan kalsium, potasium, dan vitamin D di dalamnya.

Departemen Pertanian AS lebih merekomendasikan konsumsi harian susu tanpa lemak, susu rendah lemak, atau produk susu lainnya. Takarannya yakni dua sampai dua setengah gelas bagi anak-anak, serta tiga gelas per hari bagi remaja dan orang dewasa.

Bahaya susu mentah
Sebagian konsumen meyakini jenis susu yang paling sehat adalah susu mentah, yang langsung dari sapi (tanpa melewati proses lanjutan). Namun ahli kesehatan menyatakan, susu harus melewati tahap pasteurisasi untuk membunuh kuman-kuman penyebab penyakit seperti infeksi saluran pencernaan dan tipus.

Beberapa studi mengindikasikan proses pasteurisasi dapat mempengaruhi beberapa vitamin yang terkandung di dalam susu. Misalnya, vitamin B1, B12, dan vitamin C. Tapi sebenarnya susu bukanlah sumber utama dari vitamin tersebut. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, proses pasteurisasi tidak terlalu mempengaruhi kandungan nutrisi dalam susu, namun bisa menyelamatkan banyak nyawa.

Dipertanyakan
Dari berbagai macam manfaat susu yang pernah disebutkan, para peneliti mulai mempertanyakan efeknya. Sebagai contoh, beberapa penelitian mencatat angka patah tulang yang rendah di negara-negara Asia dengan konsumsi susu yang rendah. Terlebih lagi, penelitian lainnya mengaitkan susu dengan risiko kanker ovarium dan kanker prostat. Meskipun demikian, masih perlu penelitian lebih lanjut sebelum menyimpulkan susu sebagai penyebabnya.

Studi Swedia
Tahun lalu, sebuah penelitian di Swedia menemukan bahwa wanita yang meminum tiga atau lebih gelas susu per hari memiliki risiko meninggal hampir dua kali lebih tinggi dari pada mereka yang minum kurang dari segelas per hari. Patah tulang juga lebih sering dialami para wanita yang banyak meminum susu.

Peneliti asal Universitas Uppsala, Dr. Karl Michaelsson menyebutkan hasil studinyanya terlalu awal untuk memperhitungkan perubahan pada rekomendasi diet. Lagi pula, perbedaan pola makan di Amerika mungkin akan mengurangi potensi bahaya seperti yang ditemukan di Swedia.
 
Apa kata industri susu
Hasil studi di Swedia itu diberitakan di berbagai media massa dengan judul "Susu Mungkin Tidak Memiliki Manfaat Baik Bagi Tulang dan Tubuh". Karena pemberitaan itu, para produsen susu melakukan sesuatu untuk mengatasi penolakan minum susu dan gerakan anti-susu dari para vegan dan lainnya.

Kampanye di media sosial menjabarkan banyaknya protein yang bisa didapat dari susu sapi bila dibandingkan dengan susu almond. Mereka juga berpendapat akan pentingnya susu dalam sebuah budaya yang lebih banyak mengonsumsi soda, serta banyak anak-anak kurang asupan buah dan sayur.

Tetap bermanfaat
Ahli pangan dari Uniersitas Cornell, David Levitsky, mengatakan, belakangan ini reputasi susu sebagai "makanan sempurna" memang dipertanyakan. Tapi, menurutnya susu tetap menjadi sumber kalsium dan bagian penting dalam pola makan seimbang, terutama untuk anak. Lagi pula, manfaatnya bagi tulang masih bisa dirasakan sampai usia 20-an.

"Ini adalah makanan yang baik, tapi susu tak perlu dipandang sebagai makanan ajaib," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com