Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, sebanyak 18,8 persen anak usia 5-12 tahun kelebihan berat badan, yang terdiri dari 10,8 persen gemuk dan 8,8 persen sangat gemuk atau obesitas.
Astri Kurniati selaku Nutrition and Health Science Manager dari Nutrifood Research Center menjelaskan, berdasarkan penelitian, anak obesitas pada usia 4-19 tahun memiliki risiko 4 kali lipat lebihh tinggi terkena diabetes dibanding anak yang tidak obesitas. Bahkan, bisa meningkatkan risiko stroke 1,5 kali lipat dibanding yang tidak obesitas.
Tak hanya itu, obesitas juga bisa memengaruhi psikologis anak. "Dia bisa mengalami diskriminasi sosial oleh teman-temannya. Merasa rendah diri, mudah cemas," kata Astri di Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Menurut Astri, asupan makanan harus diperhatikan agar anak memiliki pertumbuhan yang lebih banyak ke atas atau lebih tinggi, dibanding tumbuh ke samping.
Astri memaparkan, kebutuhan lemak harian anak usia 4-8 tahun hanya sekitar 40-46 gram atau 30 persen. Sedangkan anak usia 9-13 tahun, kebutuhan lemak hariannya sekitar 53-60 gram.
"Dalam 1 potong ayam krispi saja sudah mengandung 28 gram lemak. Kemudian 14 potong french fries mengandung 11 gram lemak. Sementara makannya biasanya tak hanya segitu, kan," kata dia.
Kebiasaan sehat sejak kecil merupakan investasi sehat jangka panjang. Pilihlah makanan yang lebih sehat, misalnya memilih susu rendah lemak untuk anak, mengurangi makanan dengan minyak goreng, dan santan. Untuk pertumbuhan anak yang lebih tinggi, penuhi kebutuhan kalsium anak.
Kalsium bermanfaat untuk pertumbuhan dan kepadatan tulang. Selain menjaga asupan makanan, jangan lupa biasakan anak melakukan aktivitas fisik maupun olahraga. Olahraga dapat mencegah anak obesitas serta membuatnya sehat dan bugar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.